Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Haruskah Ada Dua Orang di Dalam Cockpit Pesawat Maskapai Indonesia?

31 Maret 2015   01:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:46 665
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14277471421846348041

[caption id="attachment_406668" align="aligncenter" width="619" caption="Sumber Foto: Kompas.com/Admin"][/caption]

Masih ingat dengan tragedi pesawat German Wings A320 nomor penerbangan 4U 9525 pada Selasa 24 Maret 2015 pagi?

Duka keluarga, sanak saudara, handai taulan, kawan dan kenalan 149 korban masih belum hilang. Uang duka dari maskapai sebesar 50.000€/orang belum mampu meringankan beban di hati dan pikiran mereka.

Sementara itu, kotak hitam yang ditemukan, memperkuat tudingan banyak pakar dan beberapa orang bahwa ini ulah co –pilot; Andreas Lubitz.

Memperhatikan saat rekaman diperdengarkan: “Mach die verdammte Tür auf!“ Suara derit kursi dan suara pilot yang beberapa saat sebelum kecelakaan keluar dan mengetuk pintu pelan lalu keras. Sang pilot minta dibukakan pintu. Dari penggunaan kata “verdamm“ saja saya sudah bisa meraba bagaimana marahnya si pilot. Kata itu biasa digunakan beberapa orang Jerman yang saya kenal untuk memaki atau saat emosi. Begitu barangkali perasaan sang pilot yang bertanggung jawab atas pesawat berikut isinya. Ia berhak masuk tapi tidak diijinkan co-pilot.

Ya. Nyatanya, Andreas Lubitz lebih memilih untuk tidak membukakan pintu dan didugamenjatuhkan pesawat secara sengaja. Saya pikir make sense karena dari grafik yang saya lihat jatuhnya pesawat sangat menukik tajam.

Dalam beberapa wawancara yang digelar setiap hari, spekulasi para ahli, dan beberapa orang yang kenal dengannya (seperti teman perempuannya) menerangkan bahwa memang Andreas mengalami sakit jiwa. Ini ditemukan dari surat di tempat sampah dekat apartemennya. Bahwa dia sebenarnya harus istirahat karena sedang tidak fit. Pihak German Wings sendiri merasa tidak tahu tentang hal ini.

Beberapa orang yang kenal di klub penerbangan mengatakan bahwa memang pernah ia pause training sekian bulan karena depresi.

Ada yang menduga ini disebabkan oleh riwayat kesehatannya (psikis, pernah dirawat beberapa neurolog dan psikiater) yang buruk dan hubungan yang tidak harmonis dengan mantan pacarnya. Seorang pramugari, Maria W (27 tahun) mengaku bahwa ia pernah ketakutan ketika ia dikunci di kamar mandi oleh Andreas. Bahkan Andreas pernah bilang; “Eines Tages wird jeder meinen Namen kennen.“ Si Andreas sesumbar bahwa suatu hari nanti namanya akan terkenal (betul, dengan cara yang tidak terpuji!). Dan itu memang terjadi. Bunuh diri dengan menghilangkan nyawa orang lain. Prihatin.

***

Banyak inspirasi yang bisa diambil dari sana, agar setiap maskapai penerbangan benar-benar mengecek, memeriksa dan mengawasi para awaknya sebelum bertugas (termasuk riwayat hidup secara detil). Mereka ini kann bertanggung jawab terhadap keselamatan para penumpang, kalau menjadi momok apa jadinya?

Kedua, pasca tragedi German Wings ini, maskapai Norwegia cepat-cepat mengubah aturan untuk mengharuskan cockpit ditunggui oleh dua orang. Sekali pilot atau co-pilot hendak ke toilet atau mau makan/minum, ada yang mengganti, pramugari misalnya.

Amerika Serikat kabarnya sudah memberlakukan ini jauh hari sebelum kecelakaan itu terjadi, beberapa maskapai lain masih ragu, toh kalau bukan pilot atau co-pilot bisa apa kalau terjadi sesuatu di pilot?

Akhirnya, apakah maskapai penerbangan Indonesia akan mengikuti langkah Norwegia dan AS dalam memberlakukan aturan di cockpit ini?Selamat malam. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun