Aku menggugah gairah. Para tamu sebuah pesta milik tuan Van den Bergh di puri berdinding batu bata merah itu melepas tawa, sembari terhuyung-huyung menjunjung ramuan whiski berkadar tinggi.
Seorang pria, importir rokok yang menyewaku, hampir saja meraih badanku. Aku berkelit. Sinar kulit coklat dan rambut hitam panjangku, mengkilat.
Lagi, lagi dan lagi! Buangan euro terserak di atas lantai sekitar setang panjang, tumpuan kedua kaki dan badanku yang meliuk-liuk seksi.
Setang kebahagiaan semu vs pepohonan yang sekarat nyata.
“Terima kasih, tuan-tuan.“ Kukecup tiga jemari dan meniupnya dengan bibirku yang merah, bukan abu-abu seperti warna musim gugur di luar sana. Kepulan fatamorganaku, membuat para tamu makin menggila.
***
Pesta kali ini, digelar di sebuah kapal pesiar milik salah satu teman baik dari tuan Van den Bergh.
Pendaran lampu di temaram malam dan riakan perairan di Sylt, sebuah pulau milik orang-orang kaya, mencipta suasana yang luar biasa romantis.
Hai, ini aku, perempuan yang membawa para pria menikmati surga dunia.