Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Dapat Obat Semprot, Kapok Pilek di Jerman

28 Februari 2014   05:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:23 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1393515893903892841

Musim dingin, pastilah banyak penyakit bertebaran. Tak terkecuali, pilek. Ternyata ini akan menjadi masalah bagi orang yang terbiasa pilek langsung menelan obat seperti S*naflu, Pr*cold, Osk*don ... dan entah obat apa lagi, dan tinggal di Jerman.

Alasannya, di negeri sosis ini kebanyakan obat pilek adalah semprot atau disebut Nasenspray (Nase=hidung, Spray=semprotan). Kapok lombok.

[caption id="attachment_325096" align="aligncenter" width="599" caption="Obat pilek semprot ala Jerman, crat-crot ... pedes!"][/caption]

***

Seorang wanita Indonesia baru saja pindah ke Jerman. Ia ini bingung, anak-anaknya pilek dan telah dibawa ke dokter. Sepulang periksa, diberi resep untuk diambil di apotik terdekat, gratis. Ya, karena semua anak di Jerman mendapat tanggungan asuransi kesehatan dari bapaknya masing-masing. Anak di bawah umur 18 tahun gratis. O, sudah ada premi yang dibayarkan setiap bulan, sih. Nah, obat ini bukan obat seperti obat pilek yang biasa didapatkan di tanah air. Serbuk inilah, sirup itulah, pil anulah ... pokoknya komplit pengalaman menyuapi anak dengan obat-obatan dari dokter Indonesia. Sedangkan di Jerman, dokter hanya memberikan Nasenspray. Si ibu melongo. Obat pilek untuk disemprotkan itu membuat anak-anak menangis. Begitu disemprotkan anak kaget ping pitulikur. Si ibu tidak percaya saat anak-anak protes, iapun mencobanya. Dan benar, semprotan ini mak sengkring ... langsung terasa di bagian hidung pedas-pedas seperti makan cabai, wasabi atau Senf XXL pedas. Crot-crot-crot ... aduh, biyung!

Obat pilek Jerman ini ada dua. Yang model tetes untuk bayi sampai umur kurang dari dua tahun. Bisa diberikan saat tidur atau terlentang. Sedangkan semprotan diberikan kepada mereka yang sudah dua tahun ke atas sampai dewasa, posisinya bisa duduk, berdiri, tengkurep atau terlentang. Karena tekanannya yang dahsyat bisa meraih hidung sampai ke ujung sana.

Akhirnya, si ibu pun mulai mendapat hikmah bahwa anak-anak jangan sampai pilek tingkat berat. Kalau sentlap-sentlup (menarik ingus naik-turun hidung) pas kedinginan karena hawanya rendah itu sudah biasa, tapi kalau sudah tingkat akut harus disemprot bisa berabe jadinya. Anak dipaksa-paksa untuk disemprot, tetap tak mau. Yang kesemprot malah bukan hidung si anak. Karena anak menolak, bergerak-gerak ... crat-crot, salah alamat.

Nah, si ibupun kini semakin memperhatikan asupan makanan dan minumannya, pakaiannya yang hangat dan tentu paling penting alas kaki. Pakai kaos kaki atau stocking tidak, menggunakan sepatu/sandal yang standar dingin tidak dan seterusnya. Maklum kalau satu anak sakit, langsung nular! Makanya menjaga sekali. Namanya juga ibuk-ibuk.

Ada seorang tetangganya yang menganjurkan untuk rajin menggodog air dicampuri irisan jahe hingga airnya nanti untuk dikonsumsi hangat-hangat manis. Penjaga stamina. Tetapi anak-anak mana yang bisa suka jahe model begini? Manis pedas? A-a! Tidak mau. Kalau saya memang senang beli sachet jahe manis (cs) dari Indonesia ... saya paling anti obat. Tidak suka.

Begitulah cerita seorang kawan. Jadi, bagi yang tidak suka obat pilek model crat-crot ... jangan sampai pilek di Jerman. Nanti disemprot, kaget, kapok lombok! Salam sehat dan bahagia.(G76)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun