Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Cara Memperingati Ultah a la Orang Jerman

19 April 2015   20:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:54 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam keluarga kami, ulang tahun diperingati dengan nasi kuning atau bubur abang putih (merah-putih), tidak pernah sekalipun kami bertujuh (waktu masih kanak-kanak) dibuatkan atau dibelikan kue ultah yang indah dan gulanya banyak itu. Padahal ibu punya loyang dan ovennya lho, pakai kursus khusus lagi.

Karena sekarang sudah tinggal di Jerman, tentu saja anak-anak kami mengenal kue ultah ala barat begitu. Saya juga sering buat. Kenapa? Jerman yang notabene para wanitanya suka bikin kue itu memotivasi saya untuk mencoba dan memang semakin seru bikin kue ultah tiap tahun tuh. Tak harus beli, lebih hemat dan sehat. Sebagai snack, camilan di sore hari.

Meskipun begitu, anak-anak tetap mengenal tumpeng nasi kuning. Mereka sukaaa sekali. Ya, karena memang saya biasakan setiap ultah anggota keluarga harus ada nasi tumpeng kuning, meski sederhana untuk dimakan bersama dan dibagi ke tetangga dan teman dekat yang datang. Suami dan anak-anak saya juga tahu bagaimana cara membuatnya. Training kalau saya tidak di rumah ada yang bisa memasaknya atau ... warisan.

Naaaah, itu tadi ngobrolin makanan yang menyertai ulang tahun. Bagaimana dengan cara memperingatinya di sini?

Ulang tahun dianggap sangat sakral bagi hampir setiap orang Jerman yang saya kenal di daerah saya di Blackforest. Pamali kalau lupa. Tidak sopan juga kalau melupakannya. Harus mengucapkan.

Meski usia berkurang satu di dunia, sebuah hal yang harus dilakukan mereka adalah Kaffe trinken bersama anggota keluarga. Happy-happy .... Biasanya yang masih ada hubungan baik dengan saudara kandung, anak, cucu, mereka pun akan datang. Meski harus menyetir barang 1-2 jam-an tuh. Ya, hanya untuk sekedar mengucapkan ultah, mencicipi kue bersama ditemani minum kopi dan atau teh. Sambil ngobrol, tho, tentunya.

Ini tentu saja berbeda dengan kebiasaan keluarga bapak ibu kami waktu di tanah air. Ulang tahun itu seperti angin lalu. Hanya beda menu makan saja, tumpeng dan bubur tadi. Tak ada acara duduk bersama dan mengobrol sambil makan bareng. Sekarang mungkin beda karena memang semua sudah punya keluarga. Sekali ketemu, sekali ultah, makan barengan.

[caption id="attachment_411197" align="aligncenter" width="545" caption="Baliho ultah orang Jerman"][/caption]

[caption id="attachment_411198" align="aligncenter" width="341" caption="Pahatan kayu untuk ultah 60 tahun"]

1429449749819198982
1429449749819198982
[/caption]

Oh, ya. Cara unik lain adalah pasang baliho! Astagagagana ... kirain iklan atau kampanye apaaaannn ... tak tahunya ada yang ulang tahun thooo ... Ya ampun.

Yup, begitu. Beberapa tahun lalu seorang Oma di gang bawah berulang tahun. Keluarganya, berinisiatif membuat baliho di depan rumah, tepat di pinggir jalan. Delapanpuluhtahun!

Bulan Desember, tetangga seberang rumah merayakan 60 tahun, hanya dengan Kaffe trinken tapi tetap ada peringatan. Tugu kayu berbentuk 60. Pesan dari tukang kayu yang di Jerman honornya tinggi. Haha. Untungnya, satu tahun setelahnya, ini akan berguna untuk dimanfaatkan suami sebagai penanda, ia mengikuti istrinya. Pahatan yang mirip mudah ditemukan di daerah Blackforest; 30, 40, 50, 60, 70, 80.

Ada yang lucu juga dengan pemesanan angka tersebut layaknya batasan kecepatan di jalan, lingkaran putih dengan lis merah dan di dalamnya usia yang dimaksud. Dipasang di depan rumah.

Lalu tetangga seberang kanan yang tinggal serumah dengan tiga generasi (lantai dasar oma, anak dan cucu di lantai 3 dan dia sebagai orang tua di lantai 2) juga merayakan 60 tahun, disusul suaminya 50 tahun dan ibu mertua yang tinggal di rumah yang sama, 80 tahun. Tebak apa yang mereka pasang? Betul, balihooooo ... ada fotonya lagi. Haha ... seru kann? Karena tertarik, kami sekeluarga mampir untuk mengantar coklat dan minum kue bersama keluarga mereka.  Sayang saya lupa potretttt. Sekarang sudah roboh balihonya! Jiaaahh.

***

Ulang tahun tak ada yang ucapin entah cuek apa lupa, tak ada kado pulaaaa? Bisa sedih juga kan ....

Ya, sudah. Tak perlu pasang baliho atau Kaffe trinken seperti orang Jerman yang saya kenal tadi, jika memang tak ada waktu atau memang ulang tahun bukan menjadi sesuatu yang istimewa bagi Kompasianer atau memang tidak boleh/tidak biasa merayakannya ... apa boleh baut?

Yang jelas, sebuah penambahan usia, sebaiknya selalu diikuti oleh perkembangan, perubahan, pertumbuhan diri  yang baik-baik saja. Mungkin lebih sabar, barangkali tambah rejekinya karena usahanya maju atau naik gaji/pangkat, bisa jadi tambah rajin hilang malasnya, mau tambah sayang dan perhatian sama keluarga dan teman, tidak suka iri dan dengki lagi, lebih banyak kegiatan sosial bersama masyarakat atau hal-hal lain yang membedakan diri dengan tahun-tahun sebelumnya. Asyik.

OK. Selamat merayakan bertambahnya usia, dengan cara (baik) Anda sendiri. Happy birthday, sugeng tanggap warsa .... (G76).

PS: Terinspirasi ultah mertua lelaki, kemarin. Biyuuung ....

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun