Kamis pagi. Hari masih dingin, padahal sudah Juni. Bukankah Juni milik musim panas? Jerman salah musim, yoooo. Malas, malaaaas sekali mau ngapa-ngapain but life must go on. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga jalan terosss....
Tak berapa lama, suami datang, ngompori saya buat bikin SIM internasional karena sebentar lagi masa liburan. Untuk keliling EU saya biasa pakai SIM Jerman yang dulu errrrr ngabisin duit 2000 itu. Kalau di luar itu pasti butuh SIM internasional, dong. Kemarin dulu sudah dibujuk, sih tapi karena cuaca selalu buruk, saya nggak mau. Brrrr. Enakan di rumah sajah.
Suatu hari, ngalah. Ya, sudah, berangkat bikin SIM internasional. Bukankah SIM itu untuk saya dan jaga-jaga kalau suami capek nyetir. Sudah bagus ada yang kasih motivasi bikin SIM dan pakai diantar lagi. Hahaha ... manja.
Beberapa surat penting yang diperlukan sudah siap di map. Itu sesuai penjelasan suami yang sudah sering bikin dalam hidup.
Apa saja surat penting yang harus dibawa saat membuat SIM internasional di Jerman?
- Fuehrerschein (SIM Jerman/EU)
- Reisepass (paspor)
- Aufenthaltstitel (KITAP-ijin tinggal tetap )
- Foto biometri ukuran 4x6 satu lembar (nggak harus pakai blaser atau dasi)
- Uang 15 euro
Kami tiba di kantor Landratsamt, pemda setempat sepuluh menit sebelum jam 9 pagi. Kantor tampak sepi, hanya beberapa orang asing di ruang tunggu.
Pertama, saya harus ngambil tiket di ruang tunggu. Memencet tombol di mesin tunggu. Nomor 5! Display layar di kantor masih kosong. Dua menit kemudian, nomor saya muncul. Tertulis nama petugas dan nomor pintu 63 yang harus dimasuki. Horeee, hari itu nggak banyak orang antri bahkan nggak ada sama sekali di bagian SIM. Nggak heran kalau cepet banget.
Pintu segera saya ketuk. Kami masuk. Ada rasa deg-degan karena menurut pengalaman selama ini, biasanya petugas kantoran Jerman, tuh mukanya rata-rata serius-serem, ditekuk. Apalagi kalau musim dingin. Untungnya, waktu itu sudah masuk musim panas.
Saya sapa perempuan bernama Frau Buller dengan bahasa Jerman:
"Guten morgen...." saya ucap selamat pagi padanya. Jerman sangat nasionalis dan menjunjung tinggi bahasa Jerman, sangat penting untuk fasih berbahasa itu. Barangkali si ibu paham bahasa Inggris tapi pasti lebih respek kalau saya pakai bahasa mereka. Tanpa ba-bi-bu, saya utarakan maksud kedatangan. Si ibu yang nggak terduga, balik nyapa dengan ramah, mengangguk. Oh nein, permen karet masih melekat di gigi-geliginya.
Tanpa menunggu perintahnya, saya serahkan semua surat penting; SIM, paspor, KITAP dan foto. Masih dengan berdiri, kami menunggu. Di dalam kantornya, nggak ada kursi untuk tamu. Kantor bentuknya seperti bar, dengan meja setinggi dada. Berdiri!