“Buk, sini ...“
“Apa sih, Pak. Lagi bersih-bersih, nih.“
“Sudah, nanti saja. Aku pijat, pasti enak.“
Saya pun berhenti mengemban pekerjaan rutin di rumah. Hari sudah sore, tapi, ya ampun ... kok gawean belum kelar? Ya, sudah. Saya nurut. Istirahat sebentar, ah. Sembari dipijat, mata saya mengawasi televisi yang sedari tadi dinyalakan suami yang sudah Feierabend, saatnya berhenti bekerja.
“Tahu, tidak, Bu. Ada orang kasihan. Mosok kartunya tidak berfungsi waktu dia pergi ke Bali. Sebelumnya, dia sudah diskusi dengan bank, demi keamanan, kalau kartu terdeteksi digunakan di negara lain, ya, akhirnya nanti otomatis diblokir. Tidak bisa digunakan. Kasihan, ya, Buk. Jadi tidak bisa digunakan. Mana di luar negeri. Bingung, pasti-pasti.“
“Walah, Paaaak, yang kasihan ya, negara Indonesia. Mosok pamitnya ke Bali dan tidak tahu kalau Bali itu masuk wilayah Indonesia. Sampai kartu terdeteksi digunakan di Indonesia, langsung distop karena dikira Indonesia dan Bali itu beda.“
Suami saya manggut-manggut. Untung dia pernah ke Bali dan tahu betul Bali juga milikIndonesia, kalau tidak bisa dijewerrrrrr (istri).
***
[caption id="attachment_335970" align="aligncenter" width="360" caption="Bali itu Indonesia (dok.Sonny H)"][/caption]
Setelah perbincangan dengan suami saya itu, topik ini kembali dibahas teman saya yang tinggal di UK, Sonny. Saya jadi tahu detilnya, seperti ini:
“I am currently on holiday in Bali. On Tuesday, I had my XXXX bank debit card stopped and received an urgent voicemail asking me to ring XXXX fraud office. I did this, and was informed; “You told us that you were going to Bali, so when a transaction was attempted in Indonesia, we suspected fraud and stopped the card.“ Proffesor R G Faulkner (Loughborough, Leichertershire).
Profesor RG Faulkner dari Inggris itu curhat soal pengalamannya yang kira-kira terjemahannya seperti ini; “Saya sedang berlibur di Bali. Pada hari Selasa, kartu debit saya distop dan menerima sebuah pesan suara yang memerintahkan saya untuk segera menelpon kantor bank yang bersangkutan (bagian laporan tindak kriminal). Setelah saya benar-benar melaksanakannya, saya diberitahu kalau, “Anda bilang, anda akan pergi ke Bali, jadi ketika ada transaksi kartu atas nama anda digunakan di Indonesia, kami mengira kartu anda telah disalahgunakan dan segera mematikan kartu.“
Dari komentar di FB teman saya itu, hanya satu-dua saja yang prihatin. Lainnya, justru menganggapnya lelucon, haha-hihi. Padahal dalam status teman saya itu, ia sudah menuliskan “Can’t laugh but cry.“ Tidak bisa tertawa tapi justru akan menangis.
Judul tulisan yang diambil dari potongan salah satu media massa luar negeri itu adalah “Where in the world?“ Di manakah letaknya? Waduhhhhh. Letak Bali, ya, di Indonesia! Indonesia ya, memiliki salah satu pulau bernama Bali. Jadi kalau pamitnya ke Bali dan kartu digunakan di (seluruh wilayah) Indonesia, ya ora popo. Tapi karena pengetahuannya Bali dan Indonesia itu beda negara, jadi masalah.
Profesor Faulkner adalah seorang dosen di Loughborough, Inggris. Beliau adalah mantan presiden the East Midlands Metallurgical Society dan ketua The Midlands Microanalysis Group. Karena kegiatannya, beliau banyak bergaul dan bekerjasama dengan masyarakat dunia. Hanya saja, keterkejutannya atas pengetahuan bank yang bersangkutan bahwa Bali itu tidak sama dengan Indonesia, membuatnya prihatin dan menumpahkan kekesalan dan pengalamannya itu di media massa. Dijembreng. Merobek hati sebagian orang, seperti Sonny dan saya.
Apakah ini berarti menjelek-jelekkan bank yang bersangkutan? Tentu tidak, karena ini justru bisa dijadikan kaca benggala bagi bank yang mengeluarkan kartu dan traveller yang akan menggunakan kartu debit di luar negeri. Tetap hati-hati dan waspada. Jalan-jalan nggak pakai deg-deg an ... mosok kartu bank diblokir. Horor.
Satu lagi, semoga lewat blog Kompasiana, semakin banyak kompasianer yang ikut wara-wara, mempromosikan sebuah wawasan kepada dunia luar; bahwa Bali ... juga Indonesia! Sejak dulu. Selamat sore.(G76)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI