Sejak bulan Mei 2011, masyarakat Jerman resah ditimpa musibah; EHEC. EHEC-Keime adalah salah satu bentuk dari des Darmbakteriums Escherichia coli atau bakteri perut koli E tipe 0104. Penyebarannya bisa melalui hewan atau Tierkot, bahan pangan yang terkontaminasi, bahkan dari manusia ke manusia.
Menurut situs ARD, Institut Robert Koch (KRI) yang telah melakukan penelitian sejak 1998, menyatakan bahwa di Jerman, setiap tahun sekitar 1000 penyakit EHEC dan 60 HUS telah tercatat. Sedangkan menurut presiden RKI, Reinhard Burger, jumlah penyakit EHEC di Jerman saat ini telah mencapai angka 138. Dari jumlah tersebut, hasil diagnosa menyebutkan bahwa mereka terkena HUS atau Hämolytisch-Urämische Syndrom (penyakit anemia hemolytic, kesalahan renal akut dan thrombocytopenia).
Para pakar KRI juga sigap melakukan penelitian untuk menemukan penyebab EHEC dengan membagikan daftar pertanyaan kepada para pasien. Dari hasil studi di Berlin itu, ternyata ditemukan penyebabnya. Warga itu melahap tomat, Gürke (ketimun Jerman) dan Blattsalaten (salat daun hijau) mentah asal Jerman utara. Mereka mengkonsumsinya sebagai Vorspeise atau makanan pembuka, yang amat disukai sebagian besar penduduk negeri Angela Merkel ini. Campurannya terdiri dari sayur mayur, bumbu, cuka dan minyak olive, mayonnaise atau saos salat lain.
Pemerintah melalui RKI atau Institut Robert Koch, menginformasikan warganya untuk tidak mengkonsumsi sayuran mentah dari Jerman utara. Beberapa warga setempat mengatakan bahwa mereka juga amat berhati-hati untuk membeli tomat, Gürke dan salat. Produsen dari Jerman Utara, Spanyol dan Belanda, ternyata sedang dijauhi setidaknya hingga bulan Juni ini.
Das Bundesverbraucherministerium atau menteri urusan pangan, pertanian dan perlindungan konsumen, melalui juru bicaranya Ilse Aigner, juga memperingatkan penduduk Jerman untuk menyikapi dan waspada terhadap epidemi EHEC. Peringatan ini merupakan tindakan seusai keluarnya hasil penelitian pertama dari RKI. Mereka menyebutkan bahwa infeksi terjadi karena konsumsi warga atas sayur mayur tertentu yang dimakan mentah itu amat tinggi.
Infeksi EHEC sendiri memiliki gejala seperti sakit perut, muntaber, hingga mengeluarkan darah. Pada infeksi akut, terjadi suatu hämolytisch-urämischen Syndrom (HUS), atau kerusakan pada Nieren atau ginjal hingga menyebabkan kematian.
Das Gesundheitsministerium atau menteri kesehatan dari Schleswig-Holstein juga menginformasikan bahwa seorang wanita berusia 89 tahun dari Oldenburg wilayah Ostholstein, mengidap HUS dan dua wanita lainnya juga meninggal. Mereka disebut-sebut terinfeksi EHEC. Warga wilayah negara bagian Niedersachsen (salah satu dari 16 negara bagian Jerman) juga memiliki banyak kemungkinan untuk meninggal karena endemi ini.
Kemudian dalam website Who’s dibahas bahwa Departemen kesehatan Hannover menambahkan, seorang wanita berusia 83 tahun lainnya meninggal pada tanggal 21 Mei. Ditegaskan bahwa kematiannya karena komplikasi bakteri EHEC.
WWW.infiniteunknown.net mengurai EHEC di Jerman sebagai sebuah Bioterrorismus. Ini mengingatkan pada dunia terhadap teror wabah penyakit akibat makan bayam di Amerika Serikat beberapa waktu lalu. Teror dengan teknologi biologi EHEC di Jerman sendiri dikatakan telah menyebabkan 10 rumah sakit di Frankfurt dan 40 di Hamburg kalang kabut menerima pasien HUSEC41.
Meski keributan isu EHEC ini terus menghembus, beberapa warga masih juga menemukan sayur mayur tersebut, yang dijual bebas di beberapa supermarket seperti Netto, Kaufland, Aldi, Real dan lainnya. Misalnya saja Netto masih mempromosikan Gürke dalam Prospekt (brosur toko), produk Niederlande kelas I dijual 33 sen satu buahnya. Edeka yang memasang Bio-Gürken asal jerman kelas II seharga 99 sen sebuah. Real menjual tomat kecil (Rispentomaten) asal Holland, kelas satu dengan patokan 1,69 euro per kg. Pada akhirnya, keputusan terserah kepada masing-masing individu. Beberapa warga terlihat masih tetap saja membeli tanpa peduli, sementara yang lain amat anti pati dan tak mau membeli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H