Kamu pernah kehilangan uang selama perjalanan?
Aku pernah.
Seingatku, pertama kali traveling adalah tahun 1994. Umurku waktu itu masih 18 tahun. Karena masih hijau sekali, aku nggak hati-hati meletakkan uang di kamar asrama yang ditinggali 20 orang selama 2 minggu. Harusnya, aku menitipkan pada panitia, atau aku bawa di dalam dompet ke manapun aku pergi.
Mungkin itu pelajaran berharga yang sudah diatur sama Yang Di Atas. Waktu itu aku kehilangan 1.000 peso atau 200 ribuan rupiah. Uang yang tidak seberapa tapi sangat banyak untuk anak gadis seragam abu-abu.
Tiga puluh tahun berlalu, pengalaman kehilangan uang itu kembali mencuat. Ceritanya, mertua yang kami ajak jalan-jalan ke Mallorca, kecopetan! Begini ceritanya:
Setelah keliling dengan kereta kencana mengelilingi katedral selama 20 menit dengan merogoh 40 Euro atau 640 K, kami duduk-duduk di depan katedral. Seperti biasa, kami selfie dan melihat keramaian orang dari atas. Banyak orang berkulit hitam menjajakan barang-barang bermerk dengan harga murah meriah.
Karena tertarik melihat, suami dan aku turun ke bawah. Sebelum menapaki tangga, aku bilang anak-anak dalam bahasa Indonesia supaya menjaga mertua yang sendirian dengan kursi rodanya.
Maklum, banyak orang berbicara bahasa Jerman di sana, entah turis atau orang lokal. Namanya pulau yang sering dikunjungi turis Jerman, ya jadi pintar bahasanya. Betul, kami mau jalan-jalan sebentar. Toh kedua anak gadis sudah jalan-jalan duluan tanpa kami. Jadinya gantian.
Baru lima menit turun ke bawah melihat tas merk Lux, anak bungsu menelpon suami: "Oma kecopetan!"
Suamiku lari seperti sapi dikasih sambal pada acara karapan sapi. Saking cepatnya, aku nggak sadar, suami aku panggil-panggil nggak menyahut. Rupanya, dia lari kenceng menuju depan katedral, di mana mertua dan anak-anak berdiri. Aku pun ikut lari secepat kilat. Yah, ada apa? Aku bingung tapi reflek lari sajalah.