"Surabaya, oh Surabaya, oh Surabayaa...
Kota kenangan, kota kenangan, tak terlupakan...."
Ada yang ingat lagu jadul itu, nggak? Anak muda mana tahuuuu ... hahaha ketahuan tuanya aku ini.
Yup. Gara-gara "Ocean gate Titan" yang menghilang di lautan Atlantik, aku jadi ingat acara jalan-jalan kami sekeluarga ke Monumen Kapal Selam, Surabaya. Apalagi baru saja aku dijapri adik kelas yang jadi TNI AL dan mengelilingi dunia dengan KRI Bima Suci. Saat ini, ia sedang berada di Brest, Perancis. Jauh bingit. Sayangnya, kapal akan ke Jerman Utara. Andai Jerman Selatan, bisa ketemuan. Mau minta krupuk. Hahaha...
Balik lagi ke monumen kapal selam. Mau sharing, ah.
"Dik, aku mau ke Surabaya. Kamu sibuk?" Pesan Whatsapp terkirim. Awalnya, aku kontak teman baik dik Yunan Fathurrahman di Surabaya, yang aku kenal dari Kompasiana.
Kok, kenal dik Yunan segala, sih?
Begini. Waktu kontak pertama itu dik Yunan masih jadi dosen di UNESA Surabaya dan mengikuti ceritaku tentang Jerman di Kompasiana kolom sosial budaya. Maklum, dosen bahasa Jerman itu paling tertarik dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Jerman. Nggak heran kalau dia ngefans tulisanku zaman itu. Dik Yunan sekarang kuliah S3 di Bali, sibukkk. Tapi sesibuk-sibuknya orang, kalau memang sudah niat pasti ada saja kesempatan terbuka. Enggak ada alasan. Iapun menawarkan untuk kopdar dan mengajak kami jalan-jalan. Salah satunya ke monumen kapal selam ini.
"Mau lihat kapal selam Rusia, nggak, mbak?"