Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kalian Sudah Pernah Mengunjungi Desa Wisata Indonesia?

12 November 2022   23:08 Diperbarui: 12 November 2022   23:46 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kupasan tentang desa wisata Taro (dok.Koteka)

Saya pernah berkunjung ke desa wisata. Sebut saja secara acak; kampung Kasongan (Yogya), kampung ukir (Jepara), desa Sasak (Lombok) dan desa wisata Kole Sawangan (Toraja).

Sejak lima tahun terakhir, kemenparekraf menggalakkan desa-desa wisata di Indonesia. Mengapa? Bayangkan bagaimana susahnya mobilitas orang untuk rekreasi? Banyak sekali pembatasan di sana-sini, sehingga ketika mengunjungi tempat di daerah sendiri dan cukup menarik tersebut, merupakan alternatif yang ciamik. Intinya, supaya wisata "di Indonesia aja" membuat masyarakat lokal nggak harus ke luar negeri untuk kebutuhan rekreasi. Pemilihan desa wisata ini tentu saja menjadi alternatif cerdas bagi kita yang berhasrat jalan-jalan tapi tetap aman dan nyaman.

Desa wisata sebagai potensi kebangkitan pariwisata Indonesia 

Dari tadi menyentil soal desa wisata. Apa, sih, desa wisata?

Menurut Wikipedia "Desa wisata adalah desa yang dijadikan tempat wisata karena daya tarik yang dimilikinya. Desa wisata merupakan suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung. Desa wisata disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku." 

Artinya, desa-desa yang memiliki keunikan dibanding desa lainnya, akan mampu menarik wisatawan, jika daerahnya dikemas dengan baik. Tentu saja dengan sumber daya manusia yang memadai. Bahkan desa yang biasa-biasa saja dengan keindahan alam yang sudah dari zaman desa itu sampai hari ini, begitu-begitu saja, bisa "dijual" sebagai sesuatu yang jarang bisa ditemukan. 

Desa dengan pemandangan sawah, misalnya. Mengingat sudah banyak petani yang berhenti dari pekerjaannya dan menjual lahan untuk dibuat gedung atau bangunan lain. Kita yang tinggal di kota besar-pun akan melihat sawah sebagai pandangan mata yang luar biasa, 1000:1.

Wikipedia hanya mencatat 12 desa wisata Indonesia, padahal banyak sekali desa wisata yang ada di seluruh pelosok negeri ini. Desa yang disebut adalah desa Sungai Nyalo, Painan (Sumbar), desa Madobak, Mentawai (Sumbar), desa Taman Sari, Banyuwangi (Jatim), desa Pujon Kidul (Jatim), desa Seigentung (DIY), desa Ubud, Gianyar (Bali), desa Waturaka, Ende (NTT), desa Ponggok, Klaten (Jateng), desa Teluk Meranti (Riau), desa Bontagula (Kaltim), desa Kasongan (Bantul), desa wisata Tinalah (Kulonprogo).

Bagaimana dengan desa wisata lain? Upaya mereka tidak sia-sia, sebab tahun 2022 ini lagi-lagi, ada penghargaan bagi desa wisata bertajuk "Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Ini merupakan perhatian dari pemerintah yang sangat memotivasi dan menginspirasi desa-desa wisata yang ada.

Sekretariat kabinet RI pada tanggal 22 Oktober 2022 memberitakan, ada 50 desa wisata yang terpilih. Di antara mereka, yang menjadi juara satu dalam tiap kategori adalah sebagai berikut:

  • Kategori desa wisata rintisan, desa wisata Sembungan, kabupaten Wonosobo, Jateng.
  • Kategori desa wisata berkembang, desa wisata Pariangan, kabupaten Tanah Datar, Sumbar.
  • Kategori desa wisata maju, desa wisata Semen, kabupaten Blitar, Jatim.
  • Kategori desa wisata kelembagaan desa wisata, desa wisata Dayun, kabupaten Siak, Riau.
  • Kategori daya tarik pengunjung, desa wisata Keris, kabupaten Sumenep, Jatim.
  • Kategori cleanliness, health, safety and environment sustainability (CHSE), desa wisata Barania, kabupaten Sinjai, Sulsel.
  • Kategori souvenir, desa wisata Tanah Loang Baloq, kota Mataran, NTB.
  • Kategori digital kreatif, desa wisata Budo, kabupaten Minahasa Utara, Sulut.
  • Kategori homestay, desa wisata negeri Hila, kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
  • Kategori toilet umum, desa wisata Kampung Pecinan Glodok, kota Jakarta Barat, DKI.
  • Kategori desa wisata terfavorit, desa wisata Buluh Duri, kabupaten Serdang Bedagai, Sumut.
  • Kategori desa wisata penerima MURI yakni:

-- Desa Wisata Pariangan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat sebagai Desa Wisata pertama dengan Batik Beraroma Kopi dan Desa Wisata Pertama yang memiliki pewarna batik alami dari limbah kopi.

-- Desa Wisata Aengtongtong, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur sebagai Desa Wisata dengan Empu  Keris Terbanyak.

-- Desa Wisata Ngilngof, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku sebagai Desa Wisata dengan Pasir Putih Terhalus

Menparekraf/Kepala Baparekraf Sandiaga Salahuddin Uno dalam sambutan malam anugerah ADWI 2022 bertema "Dari desa untuk Indonesia bangkit" sendiri mengakui pencapaian dari desa wisata Indonesia, "Saya mengapresiasi 50 desa wisata terbaik yang menjadi simbol Indonesia bangkit dan membuka suatu tabir baru dalam mengembangkan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan yang inklusif. Serta memberikan peluang untuk membuka lapangan kerja."  

Bahagia, ide keren tersebut didukung Jadesta, wadah komunitas desa wisata di Indonesia. Melalui laman dari Kemenparekraf, saya membaca informasi tentang Jadesta atau jejaring desa wisata. Mereka menampilkan rekomendasi desa mana saja yang disebut berkembang, maju, 50 besar atau 100  besar dan lain sebagainya. 

Catatan tentang atraksi wisata juga dibahas di website Jadesta. Entah itu wisata alam atau wisata buatan manusia. Pencarian desa wisata lainnya akan bisa dilakukan dengan mengisi data informasi yang ingin kita dapatkan. Ketiga, produk wisata yang ada di desa-desa wisata juga ditampilkan. 

Mulai dari kuliner, produk maupun edukasi ada di sana. Lengkap dengan harga dan foto yang mendukung, tentunya akan memberi gambaran jelas bagi kita yang ingin membawa oleh-oleh selama berkunjung ke suatu desa wisata. Dengan hadirnya Jadesta, masyarakat memiliki sumber yang terpercaya dalam menjelajahi desa-desa wisata di tanah air.

Kupasan tentang desa wisata Taro (dok.Koteka)
Kupasan tentang desa wisata Taro (dok.Koteka)

Desa Sudaji (dok.Koteka)
Desa Sudaji (dok.Koteka)

Diangkatnya desa wisata di Koteka

Kalian pernah mendengar nama Koteka? Bukan, itu bukan hanya simbol  tradisi kaum laki-laki di Papua, melainkan nama sebuah komunitas Kompasianer dan traveler yang lahir pada tanggal 20 April 2015 di Kompasiana.com.

Sejak pandemi tahun 2020, Komunitas Traveler Kompasiana memiliki ide untuk membuat talkshow melalui zoom. Kegiatan online ini tentu saja sangat menguntungkan bagi komunitas dan traveler di tanah air yang masih merindukan informasi tentang wisata di dalam maupun di luar negeri.

Selama 2 tahun ini, hingga 12 November 2022, Koteka telah menyelenggarakan 115 Kotekatalk, demikian sebutan acara khusus yang digelar setiap hari Sabtu itu. Rupanya, Koteka tidak hanya merangkul orang asing dan diaspora yang sudah keliling Indonesia, orang Indonesia yang sudah ke luar negeri, para duta besar yang menceritakan situasi pandemi di wilayah kerjanya dan sekilas tentang wisata kota di mana beliau-beliau mengabdi, sampai Menparekraf, Sandiaga Uno yang berharap bahwa wisata Indonesia juga ikut bangkit bersama Koteka.

Lantas mengapa tahun ini tiba-tiba desa wisata menjadi sorotan Koteka selain seri "Wonderful Indonesia" yang diisi oleh warga lokal dan asing?

Seperti yang sudah saya sebutkan di atas, Koteka adalah komunitas yang tertarik dengan segala hal yang berhubungan dengan wisata, di dalam dan di luar negeri. Kelahiran Kotekatalk yang berusaha mewadahi hasrat ingin tahu Kompasianer dan umum dalam mendapatkan info yang menarik tentangnya memang merupakan kegiatan yang sederhana namun inspiratif. 

Tahun ini, Koteka mendukung kemenparekraf dengan mengangkat tema desa wisata dalam talkshow mingguan.

 Yang pertama adalah desa Wisata Tegal Dukuh, Taro, Bali. Mengundang I Wayan Wadika, SST. Par, Koteka membahas tentang desa wisata yang ada di Taro, Bali itu dalam Kotekatalk -109, 1 Oktober. Keenambelas peserta yang hadir tampak mengangguk-angguk, ketika Bli Wayan menampilkan presentasi yang lengkap tentangnya. 

Mulut berdecak kagum ketika ia menampilkan gambar dan video tentang apa itu desa wisata dan bagaimana para turis menikmati kunang-kunang, serangga langka zaman now.

Berikutnya adalah Kotekatalk-110, 8 Oktober yang menghadirkan KS. Zan Zan, founder dan owner dari OmUnity Bali, desa wisata Sudaji. Kami tampak tersihir mendengar pemaparan beliau yang mengalir seperti air yang biasa gemericik menemani para wisatawan yang meditasi bersamanya, wisata spiritual! 

Tahun 2022 ini, desanya berhasil menjadi juara II kategori desa maju dalam ADWI 2022. Desa yang menjuluki dirinya mengubah sampah menjadi tempat wisata itu tentunya bangga bahwa apa yang sudah dilakukan selama ini akhirnya membuahkan  hasil. Menukar botol bekas dengan beras? Di sana!

Dari Bali, Koteka menjelajah Bogor. Umpan balik dari Kotekatalk-95 pada tanggal 25 Juni 2022 bersama kabid pemasaran pariwisata kota Bogor, Ara Wiraswara itu melahirkan tur sehari pada tanggal 22 Oktober 2022 berjudul "Lebih seru di kota Bogor."

 Di sanalah, 25 peserta yang juga Kompasianer dan influencer di medsos itu mengunjungi 5 dari 8 desa wisatanya. Mulai dari desa Wisata Kampung Batik Cibuluh, Kampung Pulo Geulis, Kampung Labirin, Kampung agro edu wisata Mulya Harja hingga Kampung perca, Tajur, membuat peserta geleng kepala lantaran baru tahu bahwa Bogor menyimpan banyak desa wisata yang sangat potensial untuk dikunjungi wisatawan lokal dan internasional. Kemarin-kemarin hanya lewat saja?

Sebelumnya, bekerjasama dengan disporabud Purwakarta dan komunitas Warga Kota, Koteka mengajak 15 Kompasianer dalam tour di Purwakarta tanggal 24 September. Desa Plered dan Kampung Sate Maranggi adalah tujuannya. Kerajinan dari tanah Plered mendunia, lho!

Yahhh, dari 100 desa wisata, baru 9 yang ditelusuri oleh Koteka (2 via online dan 7 secara langsung). Masih banyak desa wisata yang sebaiknya segera diangkat Koteka dalam Kotekatalk di masa mendatang. Misi Koteka dalam menggaungkan seri "Wonderful Indonesia", khususnya yang sedang trend, "desa wisata" , semoga lancar. Eh, kalian sudah di desa wisata mana saja?

***

Terima kasih kepada Adira Finance yang menyokong gagasan mengangkat tema desa wisata dalam  blog competition. Tugas mempromosikan desa wisata bukan hanya milik kemenparekraf tetapi seluruh lapisan masyarakat, termasuk kita. 

Kegiatan Koteka, saya pandang memiliki "soft power", dalam mempromosikan keberadaan desa wisata ramah kendaraan seperti yang sudah dicerminkan oleh desa-desa yang sudah dikunjungi Koteka secara online dan offline tadi. 

Itu merupakan kegiatan yang harus dilanjutkan. Supaya semakin banyak orang tahu tentang festival kreatif lokal yang biasa digelar di desa-desa wisata yang bersangkutan atau kearifan lokal lain yang sederhana tapi mengena. 

Kalau bukan desa itu yang melestarikan tradisi yang ada di dalam desa, siapa lagi? Kita sebagai pemilik negeri ini, wajib mendukung promosi desa wisata tersebut di atas. Ingin ikut terlibat membangkitkan pariwisata Indonesia? Caranya mudah. Kunjungi desa wisata di dekat rumah  dan gabung Kotekatalk yang mengupas  desa wisata. Salam jalan-jalan. Di Indonesia aja!(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun