Sepulang dari kerja, saya masak untuk makan malam dan membersihkan dapur. Pegal rasanya, minggu lalu libur seminggu tapi banyak kerjaan karena semua mesin rusak; mesin cuci baju, mesin pengering baju dan mesin cuci piring.
Maksudnya kalau di Jerman dan harus mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga sendiri tanpa asisten adalah hal yang biasa karena mesin siap jalan. Tapi kalau mereka ngadat, alamak ... kacau!
Dapur sudah bersih, suami mengajak jalan-jalan sore. Kebetulan rumah kami adalah rumah paling ujung sebelum hutan. Kami pun berjalan di jalan lurus depan hutan yang terhubung dengan rumah kami.
Anak-anak malas ikut karena capek habis sekolah siang. Makanya kami hanya berdua, bergandengan tangan seperti Romeo dan Juliet. Ih, romantis banget, apalagi suasana mendung.
Sepanjang kanan-kiri mata memandang, rumput yang ada begitu berwarna. Indah sekali, ada Schluessel Blumen warna kuning, Margarite yang putih, Gloeckchen Blumen dengan ungu yang mengharu-biru dan masih banyak lainnya. Dan di dalam foto ini adalah di depan pintu utama rumah kami. Pengambilannya beberapa minggu sebelum acara jalan-jalan hari ini, sih.
Hari itu panas dan bergairah, makanya hawanya pengen foto syuting. Kebetulan anak ragil sedang belajar fotografi dan minta izin kamera lama saya untuk dibuat latihan. Tanpa latihan, tidak akan ada kemajuan. Iya, kan?
Kalau biasanya yang dibidik anak saya itu kucing dan kuda, dua hewan kegemarannya, saya mau jadi modelnya. Supaya ia terbiasa dengan manusia, dan mendukung cita-citanya sebagai desainer baju. Haha.
Eh, bunga rumput liarnya kuning semua, baju saya juga tapi kontras payung dari Jawa, ya. Tuh, indah sekali kan ya? Ini mengingatkan saya pada "Little House in the Prairie" yang ada Michael London dan family yang sering kami tonton tiap Minggu dulu waktu zaman masih gadis. Ternyata oh ternyata, memang seindah waktu itu. Bahkan realitanya lebih indah dari gambaran film tadi.
Saya bayangkan Tuhan menyebar biji bunga warna-warni tadi dengan cinta. Sepertihalnya kami yang menyebar satu kwintal sak isi biji bunga di lahan depan jalan yang berbatasan dengan pagar besi kami.
Maksud kami supaya ini untuk mengundang lebah dan kupu-kupu serta agar lahan tidak diterjan g mobil atau motor yang lewat. Di sisi kanan dan kiri kami pasang rumah lebah. Supaya mereka punya hotel untuk menginap dan menempatkan hisapan sari bunga untuk menjadi madu. Ih, kayak negeri dongeng, ya?
Sekarang ini bijinya sudah tumbuh bunga, cantik sekali. Apalagi hujan datang terus akhir-akhir ini membuat mereka subur, saya nggak perlu menyiram. Eh, bukannya Juni sudah musim panas, ya? Berarti bergeser musim panasnya, bisa saja ada Oktober emas karena yang harusnya dingin tapi masih panas.