Berbeda dengan zaman saya masih kanak-kanak. Banyak anak yang kurang didukung para orang tua untuk belajar alat musik. Mungkin selain soal dana, juga kepopuleran alat musiknya kurang menarik anak-anak untuk mempelajarinya.
Sedangkan di lingkungan kami, banyak anak yang distimulasi para orang tua untuk belajar alat musik sejak dini. Bahkan ada pemda yang memberi subsidi dana bagi keluarga yang mengirim anaknya ke sekolah musik, dengan diskon sekian persen. Bagaimana dengan Indonesia? Barangkali belum sampai ke sana.
Anak-anak dan suami sudah meninggalkan saya sendirian mengamati relief demi relief. Kamera tetap menyelempang di badan. Sungguh hebat bagaimana tukang pahat zaman itu melukiskan apa yang terjadi pada zaman dulu itu. Zaman itu belum ada foto digital, mereka memahatkannya pada batu.
Entah mengapa, saya menyukai untuk mengamati detilnya. Biasanya, turis yang wara-wiri di Borobudur yang saya temui, mereka hanya sambil lewat saja.
Menurut situs Kemendikbud. Borobudur memiliki 4 jenis alat musik dunia yang dipahatkan dalam relief dinding candi:
Pertama adalah idiophone. Alat musik yang dipukul dan diketok ini terbuat dari bahan kayu atau besi. Bagi kita yang sudah sering datang ke pagelaran wayang kulit, di mana ada gamelan Jawa yang disebar di belakang layar sang dalang.
Pasti pernah melihat gong, gambang, gender dan saron. Sedangkan di sekolah, seperti di SMP tempat saya pernah mengenyam pendidikan, ada kulintang. Nah, alat-alat tersebut masuk di dalamnya.
Kedua, yakni membraphone. Alat musik dari bahan kulit yang berbentuk lingkaran yang melekat pada rangka. Beberapa contoh alatnya adalah gendang, tambur dan dogdog.
Gendang tidak hanya dimiliki Indonesia, negara seperti Afrika pun juga punya. Gendang Afrika bisa ditemukan di toko-toko etnis di Jerman dan ada beberapa pagelarannya. Menarik sekali, bukan?
Ketiga adalah chordophone. Jenis instrumen yang merupakan alat getar karena cirinya memiliki senar atau tali yang bisa digesek atau ditekan. Di Jerman, alat musik biola sangat diminati anak-anak. Mereka mempelajarinya dengan suka rela, dan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk kursus tiap bulannya.