Dy, kamu belum ngantuk kann? Mau curhat, nih....
Nggak terasa akhir pekan sudah bakal berlalu. Ini sudah Minggu malam. Cepet banget, ya? Besok sudah Senin. Artinya, mulai sekolah online lagi. Ya ampun, 7-8 jam menatap layar, capek deh mata. Alamat bakal mengompres mata berkali-kali supaya mataku nggak makin menciut. Mataku dulu belok, Dy, nggak tahu sekarang-sekarang ini kok kayak Danau Telagawarna di Dieng yang makin menciut dari tahun ke tahun karena pengendapan lumpur alias sedimentasi. Cieee .... ada aja.
Oh, iya, aku udah cerita belum pengalamanku pindah kelas dari kelas Lonceng ke kelas Kurcaci, kan? Nah, dari sana, aku jadi makin sadar, bahwa setiap manusia itu punya magnet sendiri-sendiri. Kalau nggak cocok akan saling menolak, kalau cocok akan saling tarik menarik. Alami, sekali sebenarnya. Mata pelajaran dari Tuhan yang sudah dari manusia lahir sudah ada, tinggal dibedah aja.
Soal tarik-menarik, ceritanya begini, Dy. Hari pertama di kelas Kurcaci, guru wali kelas membuka karton isi mainan baru. Semua masih di dalam plastik. Anak-anak membantu membukanya dan lalu memainkan mainan plastik yang ada magnetnya. Lucu banget mainannya. Jadi anak-anak bisa menyambungkan satu mainan dengan mainan lainnya asal magnetnya cocok.
Kamu tahu magnet kann, Dy?
Halah itu lho, kutub utara dan kutub selatan. Itu pelajaran SD. Masih ingat, nggak? Kalau U sama U pasti akan menolak, jika U didekatkan dengan S akan saling menempel. U artinya kutub utara atau orang Inggris bilang N (North), S adalah Selatan atau "South." Ini gunanya makan sekolah, pendidikan ada ilmunya.
Begitu sampai rumah, aku mikir, Dy. Kok, magnet kayak manusia? Kalau cocok, mereka akan saling berkomunikasi dengan baik. Adanya harmonis, cinta, setia, baik, pelangi, enak, super, kangen, jos, follow, puja-puji dan lain-lain yang bagus, deh. Aku senaaaaang sama yang begini, Naif banget, ya, Dy. Padahal banyak sisi hitam dalam kehidupan, serem.
Sebaliknya, bakalan ambyar kalau magnetnya nggak cocok antara satu orang dengan orang yang lain. Yang ada jadinya; saling benci, hoax, bohong, menghasut, menjauh, marah, kecewa, iri, dengki dan sejenisnya. Enggak enak banget, kann? Mengapa di dunia ini nggak hanya yang baik saja? Kata suamiku, kalau semua baik, Namanya surga. Ya, mau, lah, Dy, surga dunia. Nggak nolak. Iya, kan?
Dy, kalau speaker dari zoom Koteka si Gregg pernah bilang bahwa untuk tahu seseorang baik atau buruk, cocok nggak dengan kita, dengan cara menanyakan bintangnya apa, yahhh kelamaaaan. Aku lebih condong untuk membaca dari pertemuan pertama dengan seseorang. Eaaaaa ... kok, kayak Rexona, sih, Dy "Selanjutnya terserah Anda." Eh, itu iklan obat ketek, ya.
Jadi gini, Dy. Aku belajar dari almarhum bapak, bahwa untuk tahu kita cocok sama orang atau nggak itu kalau kita pertama kali ketemu sama orang. Kita perasaannya gimana, cocok nggak, enak nggak. Itu yang akan jadi perumpamaan hubungan di masa selanjutnya. Artinya, kalau magnetnya cocok pasti narik. Kalau nggak cocok berarti nggak bakal langgeng di kemudian hari. Kita harus awas.
Kedua, nih, Dy, dari pandangan mata si orang. Kita bisa nggak nembus, nerawang, meski kita bukan Superman bukan pula cenayang? Mata apapun ukuran, bentuk dan warnanya, adalah jendela hati. Kalau orang nggak suka sama kita biasanya kelihatan dari sorotan matanya. Mata nggak bisa nipu, kecuali matanya merem.
Terus yang terakhir, Dy, dari jabatan tangannya. Waktu tangan kita memegang tangan si orang, rasanya gimana? Dingin? Hangat? Kuat? Lembek? Itu sudah jadi signal, lho, Dy bahwa si orang akan baik dengan kita atau sebaliknya. Ihhhh jangan bilang dukun, dong, Dy. Ini hanya pelajaran dari orang Jawa dan pengalaman selama ini. Artinya, bisa diasah kok, diutak-atik, cocok nggak. Banyak cocoknya, lho. Tapi untuk masa corona gini kan nggak bisa, Dy, nggak boleh jabat tangan tapi sepak kaki, jabat siku atau model lainnya yang nggak pakai menyentuh.
Makanya aku lagi belajar, Dy, untuk tahu apa aku ini U atau S dan apakah lawan bicaraku U atau S. Supaya komunikasi atau hubunganku dengannya lancar. Misalnya kalau kita ini tipe kuat pasti paling aman sama yang nggak kuat. Karena kalau dekat dengan yang sama-sama kuat, nanti ngotot semua nggak ada yang ngalah, gitu kali, ya.
Sepertinya di kelas Kurcaci, semua sepertinya punya magnet berlawanan denganku. Akibatnya, aku tarik menarik dengan magnet mereka. Nggak percaya, Dy? Hari pertama saja, aku sudah dipuji "Aku nggak pernah lihat orang serajin kamu di sekolah ini." lalu hari kedua, "Kamu orangnya baik banget suka bagi hadiah ..." Padahal selama 6 minggu training tahun lalu dan 4 bulan di kelas Lonceng, apa yang aku lakukan selalu salah dan buruk. Padahal sumpah, aku orangnya penurut, sopan, hormat dan rajin sekali. Tapi seperti pengetahuanku dalam hidup "Sebaik-baiknya kita tapi dibenci atau tidak disukai, semua yang kita lakukan tampak sia-sia olehnya." Untung aku orangnya sabar dan cuma bisa ngelus dada, Dy. Nanti kalau dadaku sudah habis karena seperti diampelas tiap hari, aku pinjam dadamu, Dy. Awas, jangan kabur!
Udah, gitu aja, ya, Dy. Suamiku sudah rewel minta ditemenin nonton TV. Jadinya sampai di sini ....
Guten Nacht!