Jam tiga pagi. Huuuh. Ada yang klisikan, acara tidur terpotong. Bukan oleh trenggiling, hewan berduri yang mencari kehangatan di musim dingin tapi si genduk yang sakit perut. Ia pun minta ditemani ke toilet. Yahhhh ... mencret!
Jam 7 pagi, anak meledak lagi di WC. Astagagagana... ya, sudah. Jam 8 pagi, cabut, pergi ke dokter bersama si bungsu.
Jika sakit berlanjut, hubungi dokter
Errrr ... hari Senin. Banyak yang antri di dokter umum kampung kami. Semua pada sakit ya? Biasanya, kalau mau periksa dokter di Jerman harus bikin Termin alias jadwal. Kecuali kalau memang sakit parah atau mendadak. Setelah memberikan kartu kesehatan kepada petugas, kami duduk.
Kartu kesehatan harus diberikan tiap tiga bulan sekali (jika periksa). Misalnya jika periksa bulan Februari nanti, tidak perlu menunjukkan kartu lagi, karena Januari ini sudah didata atau sudah pernah periksa.
Nah, sejam menunggu, dipanggil dokter muda. Di kamar sebelah, ada dokter senior. Si dokter muda baru saja menggantikan peran ayahnya, dokter senior yang sekarang ini sakit parah dan segera pensiun. Indah ya, kalau lihat ada anak yang bisa meneruskan apa yang dilakukan orang tuanya. Banyak kan, anak yang memiliki jalur berbeda dengan orang tuanya. Tidak melulu bapak atau ibunya dokter, anaknya jadi dokter dan seterusnya.
“Apanya yang sakit?“ Dokter berkaos oblong dan bercelana jeans itu bertanya pada anak. Kaos kaki tampak trendi di antara sandal yang dipakai.
“Sakit perut,“ sambil malu-malu anak menjawab mbak dokter. Ia disuruh merebah di kasur periksa. Lembaran tisu kertas panjang ditarik dokter, untuk bagian kaki, ada karpet untuk sepatu yang ia kenakan. Tidak perlu dicopot. Baju ditarik ke atas. Perut dipencet-pencet, diketuk-ketuk. Ia ditanya mana yang sakit.
Setelah selesai disuruh turun dari kasur periksa dan duduk di kursi dekat meja dokter. Dokter menuliskan sesuatu pada kertas dokumen pasien.
“Tidak dikasih resep, dok?“ Dahi saya berkernyit. Dulu bapaknya suka kasih resep obat yang mirip ragi untuk diare. Ini mah enggaaaak.
Obat diare alami rekomendasi dokter Jerman