Sebelum kasus perceraian di tanah air ramai diperbincangkan akhir-akhir ini, Jerman sudah lebih dahulu membahasnya karena itu memang nyata terjadi.
Tentu saja ini adalah hal yang rumit karena sudah ada pandemi saja orang sudah susah, apalagi ditambah perceraian.
Banyak sikap pesimis manusia yang melahirkan kalimat seperti:
- "Ich akzeptiere die Trennung nicht" (saya tidak bisa menerima perceraian ini).
- "Ich weine dem Partner, der Partnerin nach" (saya menangisi pasangan yang telah berpisah, demikian juga dia).
- "Ich werde niemanden mehr finden" (Saya tidak akan mampu menemukan pasangan baru lagi).
Dunia pasti serasa runtuh dan depresi datang menerjang.
Solusinya jelas tidak semudah kata-kata, tetapi bisa saja apa yang disarankan penasehat perkawinan Jerman pada pasutri berikut ini manjur.
Bikin baby saja
Selama program work from home atau we stay home, tentu hampir semua orang harus berada di rumah. Dengan begitu, ini adalah saat di mana semua anggota keluarga, termasuk pasutri, bertemu 24 jam. Kalau biasanya masing-masing harus bekerja 8 jam per hari, hanya bertemu pagi sebelum berangkat dan nanti kalau sudah pulang ke rumah, bukan?
Entah apakah mereka yang harus berjauhan di luar kota atau luar negeri, mendapat keuntungan tidak terjebak bahaya perceraian karena pasutri akan saling merindukan dan jarang bertemu, jarang terpancing konflik.
Adalah seorang penasihat perkawinan dari Berlin, Martin Jurock. Seperti yang ditulis TipBerlin, ia menyarankan pasutri untuk bercinta saja sering-sering selama masa corona. Bukan sebaliknya, ya.
Menurutnya, virus corona telah mengubah semua kebiasaan manusia. Dari pergi ke mana-mana menjadi terbatas ke mana-mana. Akhirnya, berada di rumah saja. Tentu saja ini menimbulkan perasaan tertekan yang bisa memicu pertengkaran di rumah. Beban moral yang kalau tidak diimbangi dengan kegiatan positif selama karantina mandiri, akan membuat semua ambyar.
Itulah sebabnya, saran membuat bayi (lagi) adalah kegiatan bersama-sama yang dipercaya menangkal perceraian.