Mata anak-anak berpijar membaca satu demi persatu prasasti. Ada yang dari kota-kota di Jerman, Amerika, Jepang, Hongkong, Denmark, Swedia dan Inggris. Dari sekian pedonor, kok, belum ada satupun nama yang dari Indonesia, jadi kesempatan bagi kita bukan? Tertarik?
Puas mengitari benteng yang Einbahnstrasse atau satu jalur, demi menghindari tabrakan yang lewat, kami turun menuju kota. Saking serunya, keesokan harinya, anak-anak naik ke tembok lagi dan jalan-jalan di lorong yang sempit itu.
Anak-anak minta kembali ke villa Mittelmeier. Kami mengantar mereka sampai ke Romantische Strasse. Romantisch = romantik, Strasse = jalan. Jalan yang dibilang romantis ini merupakan rute jalan ke tempat-tempat romantis seperti kota Rothenburg ini.
Saking panjangnya jalan, kita tidak bisa berjalan kaki melainkan dengan kendaraaan. Walaupun begitu, untuk merasakan keromantisan jalan, kita masih bisa meniti beberapa kilometer di dekat villa tadi. Kanan-kirinya adalah sungai Tauber, dengan pagar besi dan bunga-bunga yang bergantung di atas pagar.
Anak-anak sudah berada di kamar sebelah, kami pun berganti pakaian karena keringat. Sebentar lagi, kami akan makan di restoran Jerman. Anak-anak tidak mau diajak, mereka minta dibuatkan Indomie. Padahal di dalam kamar tidak ada pemanas air untuk membuat teh atau kopi seperti yang biasa ditemukan di hotel-hotel.
Untung saja, di dalam mobil, selalu tersedia perlengkapan lenong. Semua dikeluarkan. Dari pemanas air, mangkok, garpu, sendok, pisau, gunting. Lengkap. Mengapa? Karena sudah pengalaman.
Yahhh, anak Indonesia, jauh-jauh makannya Indomie. Diajak ke restoran tidak mau.