Kalau dibilang gampang-gampang sulit untuk menjaga budaya nusantara di manca negara. Mengapa? Karena berada di luar negeri itu kondisinya serba beda, situasinya kurang mendukung atau bukankah negeri lain punya tata cara dan budaya yang lain dengan milik kita yang orang Indonesia?
Pendidikan budaya nusantara berasal dari rumah
Coba saja, deh simak cerita berikut:
Sebuah keluarga campuran Indonesia-Jerman berkunjung ke keluarga campuran Indonesia-Jerman lain. Ketika tiba di tempat, sang anak menyerahkan oleh-oleh dengan tangan kiri kepada si empunya rumah. Ibunda si anak kaget dan menganjurkan untuk mengulanginya dengan menggunakan tangan kanan.
"Lho, pakai tangan kanan, nak. Kan orang Indonesia begitu?"
Benar. Tangan kanan dianggap sebagai tangan yang lebih manis daripada tangan kiri oleh mayoritas orang Indonesia, untuk memberikan sesuatu kepada orang lain. Kata lainnya, lebih sopan, lah. Meskipun demikian, saya lihat tangan kanan juga biasa untuk menampar atau memukul orang, bukan? Artinya, belum tentu untuk tindakan sopan melainkan hukuman.
Di lain sisi, orang tua saya dulu selalu mengajarkan bahwa tangan kiri hanya pantas untuk (maaf) cebok. "Pakailah selalu tangan kanan."
Apakah benar begitu?
Barangkali saja tidak. Si anak yang lahir dan besar di Jerman, protes:
"Aku ini kidal. Kalau semua hal aku lakukan dengan tangan kiri, masak aku harus pakai tangan kanan?"
Saya tidak menyangka bahwa jawaban anak spontan seperti itu. Argumen yang membuat saya pertama jadi sadar, bahwa apa yang dikatakan si anak betul. Kedua, berani juga si anak sakkecap balas sakkecap. Atau jika orang tua mengatakan sesuatu dibalas dengan cepat bak kuntul menyambar tikus di ladang. Di lingkungan kami dulu di Semarang, tidak boleh begitu.