Meskipun kolonial banyak meninggalkan hal-hal yang baik seperti kerapian sistem administrasi, teknik arsitektur bangunan kuno, pengenalan bahasa asing, tetapi tetap saja dijajah itu pasti tidak enak rasanya. Ada rasa tertekan, kerugian dan penderitaan di sana.
Nggak salah kalau bangsa kita zaman dahulu melawan penjajah. Bangsa kita bersatu untuk merebut kemerdekaan. Dari sanalah muncul hari Kebangkitan nasional yang diperingati sebagai titik di mana bangsa kita bersatu melawan penjajah.
Kita tak boleh lupa berterima kasih pada 5 tokoh nasional yang telah mempelopori kebangkitan bangsa kita. Tanpa pemimpin seperti mereka, nggak mungkin bangsa kita yang terdiri dari beragam suku dan bangsa bersatu dan mencapai kemerdekaan. Tentu saja dukungan seluruh masyarakat Indonesia waktu itu, berperan penting dalam mewujudkannya.
Anak-anak bangsa begitu membanggakan untuk membela tanah air. Sebut saja presiden Soekarno, yang selalu berapi-api mengobarkan semangat melawan penjajah lewat orasinya yang luar biasa itu. Zaman itu semua orang terdiam untuk mendengarkannya bak terhipnotis saja. Zaman sekarang, susah untuk menemukan sosok seperti beliau.
Begitu pula Dr. Sutomo yang mendirikan organisasi Budi Utomo dan tiga serangkai; Ki Hajar Dewantara, Dr. Cipto Mangunkusuma dan Douwes Dekker, yang membangun Indische Partij sebagai partai politik pertama di masa pemerintahan Hindia Belanda.
Mereka juga sealiran dengan tiga serangkai (Soekarno, Muhammad Hatta dan Soetan Sjahrir), yang pada puncaknya berhasil memproklamasikan kemerdekaan yang telah lama diperjuangkan sampai titik darah penghabisan.
Sama halnya dengan situasi di Indonesia saat ini. Dulu yang dilawan penjajah, sekarang virus. Bangsa kita sedang menghadapi bahaya pandemi yang membutuhkan peran seluruh pihak tanpa terkecuali.
Sudah ada pemerintah pusat dan daerah, para tokoh dan tenaga medis yang menjadi pelopor untuk melawan penyakit yang disebabkan oleh virus covid19 ini. Ketentuan PSBB atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (permenkes no 9 tahun 2020), sudah. Aturan wajib masker, sudah. Anjuran jaga jarak dan jaga dari keramaian sudah. Pemberian bantuan sosial, sudah. Kurang apa?
Sayangnya, hal itu akan sia-sia memberantas penyebaran virus corona jika tidak didukung seluruh rakyat. Masih banyak masyarakat yang bandel dan melawan. Keprihatinan akan kebandelan masyarakat tercermin dari protes para tenaga medis yang mencurahkan isi hatinya lewat medsos. Mereka itu nggak ngerti cara pikir masyarakat kita yang nggak peduli dengan PSBB.
Padahal sudah banyak korban dari tenaga medis yang berjuang di garda depan mengurusi para pasien corona dan belum juga berhenti. Ini malah ditambahi dengan ketidakpedulian masyarakat.
Hastag #terserah, #sukasuka dan #sakkarepmu ada di mana-mana. Walaupun begitu mereka tetap nggak putus dengan tulus hati melayani pasien. Berterimakasihlah kepada mereka dengan cara jadi warga yang mengindahkan aturan.