Sayangnya, motto itu seakan luntur begitu kami mencari sembako seperti tepung terigu dan mie, raknya kosong. Kami melongo dan tak percaya kalau ini bukan isapan jempol belaka.
Betul. Pasca diumumkannya korban pertama Corona di Italia, Eropa, orang Jerman terlihat santai-santai saja dan untersetzt" atau menganggap remeh virus ini:
"Nggak mungkin kalau virus ini menembus Jerman." Kata seorang teman Jerman.
"Halah. Virus Corona sudah ada beberapa tahun yang lalu tapi nggak seheboh tahun ini, deh. Tenang saja." Kata teman-teman anak kami.
"Ah, ini berita kuno. Virus Corona seperti virus flu lainnya. Nggak usah takut. Semua akan aman terkendali. Nggak usah borong makanan apalagi masker. Kalau kita sehat, penyakit minggat." Sentil seorang Heilpraktikantin atau tukang obat (ramuan), yang juga tetangga saya. Kami manggut-manggut. Memang tidak ada itikad borong barang ini-itu, tetapi tetap takut kalau ketularan virus itu bisa berabe, kan.
Benar seperti kata suami saya bahwa Jerman akan diserang wabah ini secepat kilat pada suatu hari karena menganggap enteng si virus. Pasca laporan bahwa beberapa orang Jerman sudah melaporkan secara resmi memiliki symptom virus Corona, jumlah penderita yang mencapai 800 jiwa (hampir 200 orang ada di negara bagian Baden-Wuerttemberg, wilayah kami), bahkan ada yang sudah meninggal satu orang pada tanggal 9 Maret 2020.
Pernah suatu sekali, kami membuka internet dan mengecek corona map di Jerman. Serem, penderitanya sudah menyebar di negeri yang memiliki 16 negara bagian itu. Artinya, Jerman tidak bebas dari Corona seperti anggapan beberapa orangnya.
Nggak heran jika orang panik membeli kebutuhan yang bisa saja diperlukan jika harus tinggal di rumah karena terkena virus atau takut terkena virus dan nggak pergi-pergi. Paling kebangeten adalah seorang perempuan yang memborong kertas toilet untuk persediaan selama 12 tahun. Ojemineee, Hamsterkaeuferin!
Aturan dari Toko Mengendalikan Kondisi
Virus COVID-19 memang nggak hanya bikin orang sakit badannya tapi jadi gila atau sakit ingatannya. Untuk itu, beberapa toko sudah mulai mengatur langkah-langkah supaya kondisi normal.
Jika dulu ada pelanggan yang memborong 100 kg tepung terigu, akan dibatasi. Disuruh mengembalikan, supaya pembeli lain kebagian.
