Mengapa Banyak Gadis Muda Jerman ditatto?
Salah satu peserta Germany Next Top Model, Mareike Lerch juga bertattoo. Gadis berambut blonde, langsing dan berwajah cantik itu bela-belain mentatto seluruh tubuhnya. Uang yang dikeluarkannya untuk membuat tattoo, minimal seharga 20.000 euro atau Rp 300.000.000,00. Sejumlah uang yang bisa saja dibelikan rumah, mobil mewah, travel atau berpesiar.
Ia tidak takut dikatakan mafia karena memiliki banyak tatto. Seperti kata Heidi Klum waktu ia ikut casting, "....Banyak orang yang bertatto, badan dan wajahnya jelek tapi tattonya bagus-bagus.
Sedangkan kamu, memenuhi kriteria semuanya; tinggi, cantik, langsing, menarik, tattonya keren-keren dan pasti mahal." Begitu kira-kira sanjungan yang tidak membuatnya minder karena badan seperti kertas bungkus kado. Betapa tidak? Ketika photo shooting telanjang, ia seperti tidak telanjang sama sekali lantaran tubuhnya ditempeli banyak motif.
Marieke menjelaskan bahwa hobinya itu berawal dari keingintahuannya memiliki satu tatto. Tatto adalah trend anak muda Jerman, tak hanya di kota besar tapi juga kota kecil bahkan desa dan kampung. Karena kesan pertama begitu menggoda, lama-lama ia ketagihan. Usai mengumpulkan uang, ia jadi rajin datang ke salon tatto. Keluarganya sendiri tidak keberatan dengan keputusan sang gadis umur 19 tahun itu. Uang-uangnya sendiri, badan-badannya sendiri ... terserah, dah.
Lain lagi dengan seorang ibu muda beranak dua berumur 25 tahun di kampung kami. Waktu gadis, ia pengen membuat satu tatto dalam hidup sebagai pengalaman hidup. Tatto pilihannya itu adalah serangkai bunga mawar seharga 125 euro atau kira-kira Rp 2 juta. Tadinya ada usul dari sang pacar bahwa tattonya berupa hewan favoritnya saja, kucing. Tetapi si gadis takut kalau sudah tua, kulitnya keriput sehingga kucing itu mengkeret dan berubah menjadi hewan lain yang lebih kecil, tikus misalnya. Nggak asyik, kan?
Berbeda dengan seorang gadis blonde yang menorehkan nama sang pacar di lengannya, Max. Jantungnya yang kepanah asmara si jejaka, membuat Lena nekat tidak memilih figur melainkan huruf alfabet dari nama seseorang yang berarti dalam hidup saat itu. Baginya, dunia tidak akan gebyar-gebyar tanpa Max. Nama itu harus dibuat prasastinya di kulit tubuhnya. Harrruss!
Sayang sekali, ia lupa bahwa jodoh itu di tangan Tuhan. Sesudah 10 tahun pacaran, Mike menikahi gadis lain, Louisa. Lena melongo. Apakah ia harus menemukan pacar lagi dengan nama yang sama; Mike? Bagaimana kalau pacar barunya bernama Joko atau Budi? Haruskah ia menghapus tatto? Apakah pacar baru tidak keberatan jika tattonya tetap berwujud Mike"?
Selama PKL di TK Jerman, saya dikelilingi guru-guru TK yang muda dan imut-imut. Saya yang merasa amit-amit, jadi merasa makin minder tidak hanya karena usia. Rupanya, dari 14 orang itu separoh di antaranya memiliki minimal satu tattoo. Bagi mereka, rugi kalau nggak ikut tren karena seperti ketinggalan zaman. Mereka juga nggak rikuh, malu atau takut jika tattoonya terlihat oleh murid TK atau orang tua murid. Tattoo? Ah, biasaaaa ....
***
Nah, dari gambaran apa yang saya lihat di Jerman, kita jadi tahu bahwa andere Laender, andere Zitat." Jika desa mawa cara, negara mawa tata" atau semua daerah itu punya adat sendiri-sendiri, begitu pula dengan tattoo. Cara pandang orang tentang tattoo dan tujuan orang punya tattoo itu beraneka ragam.
Karena ada pepatah juga yang mengingatkan kita Don't judge a person by his tattoo" sama saja dengan tidak semua orang yang bertattoo itu mafia. Ini sudah tahun 2020, apakah Anda masih berpikiran bahwa orang bertatto itu mafia? Belum tentu, bukan?(G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H