"Yaaaah, maunyaaaaa." Saya cubit suami saya. Ia memang menggemaskan. Sayangnya, sudah ada rencana saya untuk membedah kota Chamonix. Nggak boleh ditunda. Kemarin-kemarin kami selalu sibuk main ski dari pagi sampai sore hari.
Nah, supaya lebih cepat untuk mencapai tempat-tempat yang akan kami kunjungi, kami naik transportasi gratis yang bisa kami temukan di halte bus dekat penginapan.
Namanya Le Mulet." Yang menarik dari transportasi mungil itu adalah 100% elektrik. Artinya, selain aman di kantong, juga ramah lingkungan. Two in one. Ia tidak memproduksi polusi yang membuat manusia terkena gangguan pernafasan, tidak juga menyebabkan bumi sakit karena asap kendaraan yang terlalu berlebih tapi kurang pohon.
Free shuttle itu berhenti di halte Chamonix Sud yang hanya 5 menit dari apartemen kami. Urutannya dari Chamonix Sud - Le Grepon Caisse - Le Grepon Tremplin - Augielle du Midi - Le Lyret - F Devouassoux - Hellbroner - Casino - M.Croz - Place du Poilu - Place Mont Blanc - Mummery - Sapiniere - Centre Sportif - Les Mouilles - Mediatheque - Place de Poilu - M.Croz - Gare - Le Sapi - Entreves - Chamonix Sud.
Bus beroperasi dari pukul 8-19. Intervalnya 20 menit. Misal di Chamonix Sud jadwal bus 8.00, 8.20, 8.40, 9.00, 9.20, 9.40, 10.00 dan seterusnya. Di Le Grepon Caisse 8.05, 8.25, 8.45 dan seterusnya.
Bus yang bekerjasama dengan Chamonix Bus itu menjadi wacana yang bagus bagi para pendatang dari berbagai belahan dunia. Bus disediakan pemda setempat, supaya orang nggak usah pakai mobil sendiri. Sudah susah cari parkir karena banyak orang dan lahan sempit karena mahal, masih kontribusi polusi pula. Parkir sehari 32 atau Rp 500.000,00 an. Huh, terlalu.
Bus Mulet itu bukan satu-satunya bus gratis yang saya temui di dunia ini. Sebelumnya di Engelberg, Swiss selama seminggu pun kami gratis wara-wiri. Indonesia sudah mulai menggagas model bus dengan tiket berupa botol plastik di Surabaya, bus online gratis di Jakarta dan masih banyak lagi. Semoga, bus "Le Mulet" ini akan menginspirasi negeri kita untuk semakin mengembangkan transportasi, teknologi dan memperhatikan kesejahteraan rakyat.
Selain itu minibus yang tidak hanya gratis tapi mampu memberikan kontribusi kepada kelestarian lingkungan dengan menggunakan elektrik itu patut ditiru. Siapa tahu Indonesia akan punya banyak bus dengan tenaga solar, sumber energi yang tak bakal habis dan digelar di negeri kita dari Januari sampai Desember alias sepanjang tahun, serta tersebar dari Sabang sampai Merauke. Jos!
Kembali ke minibus "Le Mulet." Banyak tempat wisata yang kami jelajahi dengan minibus gratisan Chamonix. Meski gratis, tak lupa kami selalu bilang terima kasih ke sopirnya "Merci beaucoup, Monsieur."
Wow, naik bus mini itu serasa naik bus wisata gede yang hop on-hop off di mana ditemukan di kota-kota besar seperti Barcelona, Berlin, Budapest, Lisabon dan lain-lain. Bedanya, satunya gratis-satunya lagi mahal. Pilih mana?