Seorang teman lama dari Palang Merah Jateng di Semarang mengirim pesan. Ia yang sekarang ikut memegang KNPI Peduli se-Jateng bertanya lewat Whatsapp:
"Salam, mbak apakah dirimu berkenan bantu pengadaan air bersih untuk wilayah Jawa Tengah yang kekeringan?"
Tertegun. Bukan karena takut tertipu seperti banyak kejadian pemilik akun di facebook atau whatsapp yang mengaku dibajak. Emmm tetapi ...Indonesia? Kekeringan? Mosoooook? Kok, jadi ingat Etiopia yang punya legenda kelaparan.
Bukankah Indonesia sudah merdeka dan ganti tujuh presiden? Negara iji royo-royo yang banyak curah hujan? Masih kering? Bukankah akses air bersih itu penting dan hak setiap warga di dunia? Legenda kekeringan?
Duhhh. Saya mikir, saya bisa nyumbang berapa? Memang kata orang, tak perlu menunggu jadi orang kaya untuk menyumbang sesuatu atau seseorang.
Selang sekian menit, iapun terus menerangkan bahwa KNPI bekerjasama dengan PMI Jateng mengupayakan bahwa satu tangki 5000 liter, konsumsi crew dan MMT untuk donatur sekitar 300. Saya kira euro, saya nggeblak. Oalaaaah. Rupanya ia menjelaskan lagi bahwa 300 itu rupiah, aka Rp 300.000,00. Kalau 300 euro itu hampir lima juta rupiah, mas.
Saya mikir lagi. Tiga ratus ribu rupiah, satu titik, satu tangki itu air apaaaa? Murah amaaat. Rupanya air PAM. Hey, seingat saya waktu kecil, air PAM bau kaporit, entah sekarang. Semoga lebih berkualitas. Maju, Indonesia.
Selama lebih dari sepuluh tahun tinggal di Jerman, saya minum air bukan dari galon beli tapi dari pancuran di washtafel. Air mentah yang sudah diolah pemerintah setempat dan siap minum. Nggak mencret, tuh. Sehat malah ... Konon, air olahan pemda Jerman bahkan terbukti lebih bagus ketimbang air mineral yang dijual di pasaran (baik di toko sampai swalayan).
Ayo, pemerintah Indonesia... tiru Klaeranlage, tempat pengolahan air hujan dan air bekas dipakai rumah tangga di Jerman atau disebut juga Abwasserreinigungsanlage di Austria. Meniru yang baik, mengapa tidak? Banyak sarjana-sarjana pintar dan berpengalaman di tanah air, mereka harus diberdayakan agar tak lari ke negara tetangga.
Daerah Potensi Kekeringan di Jateng tahun 2019
Sekarang saya mau tanya. Ada yang pernah ke Purwodadi? Dua puluh tahun yang lalu, saya pernah ke sana. Mengunjungi seorang teman yang bapaknya meninggal dunia.
Ia bercerita betapa susahnya mendapat air bersih di sana. Makanya, teman saya itu pindah ke Semarang dan terhindar dari bencana kekeringan. Bahkan, kini ia sudah jadi orang sukses. Alhamdulillah. Tapi nggak mungkin kalau semua penduduk Purwodadi pindah ke Semarang supaya nggak kekeringan seperti dia, kan? Semarang sudah penuh sesakkkk.
Pikiran saya kembali ke Jerman. Negara maju dan modern yang nggak pernah kekurangan air itu lain. Orang-orangnya nggak mandi 2-3 kali sehari seperti orang Indonesia. Biasanya orang mandi sehari sekali saja atau bahkan per 2 hari. Hawanya beda, nggak keringetan seperti di bumi nusantara yang negara tropis. Nggak bau.