"Aku harus beli mobil baru. Diesel 6" Begitu kata suami saya akhir tahun lalu.
"Memangnya mobilnya rusak? Nggak suka lagi?" Saya pikir ia mau beli mobil karena sudah nggak cocok dengan mobil Audi S4 punyanya yang bisa mumbul di jalan tol dengan kecepatan 220 km/jam. Bu dubes RI untuk Hongaria yang pernah diantar-jemput, sampai deg-degan dan nggak bisa sare dalam perjalanan.
Teman-teman, saya pernah cerita di artikel terdahulu, bahwa banyak orang Jerman rajin buang kursi, sofa, kulkas, TV, komputer dan lainnya di depan rumah dan diambil truk khusus, bukan karena barangnya rusak tetapi sudah bosan dan mau beli yang baru? Ah, gemes, di Indonesia pasti masih banyak yang mau.
Kalau ganti mobil, rata-rata orang Jerman yang saya kenal pakai 10 tahun lalu beli yang baru. Mereka banyak yang menyukai Jahreswagen atau mobil yang dipamerkan di showroom, dengan kondisi masih top tapi sudah ada sekian kilometer.
"Soalnya kalau pakai mobil Diesel 5 nggak boleh masuk kota-kota tertentu". Kepalanya pusing, giginya ngilu. Pekerjaannya berhubungan dengan banyak perusahaan di kota-kota besar. Untuk mendapatkan barang yang ia inginkan biasanya banyak pameran yang ia kunjungi. Lahhh kalau nggak boleh masuk kota harus pakai tranportasi seperti kereta api, bisa repot.
"Kalau mau dijual, emang harganya berapa? Sayang, kan?" Memang paling gemes menjual mobil di Jerman. Harga mobil yang 5 tahun lalu sampai 45.000 Euro itu hanya ditaksir 8000-10.000 Euro saja oleh pribadi atau dealer meski kondisinya mulus. Ngenes.
Makanya saya kekeh nggak mau ganti mobil, toh mobil hanya digunakan di dalam kota saja dan kota kami masih membolehkan Diesel 5. Sebel kali ya, mobil SUV Captiva Chevrolet yang 7 tahun lalu dibeli dengan 38.000 euro, hanya dapat maksimal 8000 euro. Berita buruknya, kalau nggak dijual sekarang-sekarang ini, nanti harganya makin menurun seperti harga rongsokan besi kiloan. Huh, sakupil.
Mobil Diesel 5 dilarang masuk kota tertentu.
Saya kira semua orang Jerman jujur. Ternyata, semua orang di dunia ini sama. Ada yang baik dan ada yang berwatak buruk. Jadi, kita jangan cepat menyamaratakan orang hanya dari sekali tahu atau sekali saja mengalaminya.
Pernah dengar skandal Volkswagen (Volk=masyarakat/rakyat, Wagen=mobil) di Amerika Serikat? Merk mobil kebanggaan rakyat Jerman itu memanipulasi produksinya sebagai ramah lingkungan tapi ternyata bohong besar. Berita heboh yang berbuntut panjang.
Nggak hanya hukuman dari importir negara adidaya itu saja pada Jerman sang produsen mobil, tetapi juga reaksi komisi Eropa. Eurpaeischen Geritchshof atau EuGH menemukan bahwa banyak kota di Jerman yang memiliki polusi sangat tinggi.