Kesan Ospek atau Orientasi Pengenalan Kampus jaman saya kuliah serem banget. Pakai barang-barang ting crentel (dot, pisang, dan lainnya) yang malu-maluin dan dibentak-bentak kakak-kakak senior. Jantung rasanya mau copot!
Belum lagi ditugasi hal-hal yang nggak masuk akal bukan rahasia lagi dan payahnya, itu dikatakan membangun karakter mahasiswa baru. Huhhhh, nggak ada pengalaman manis jaman ituhh.
Yaiy, jaman berubah, pola pikir mahasiswa senior yang ditugasi kampus buat menyambut adik-adik maba sudah lebih manusiawi dan menyenangkan.
Paling tidak, itu yang saya lihat si kampus Udinus Semarang, 5 September 2018 yang lalu.
Awalnya, beberapa bulan sebelum datang ke Indonesia, saya mengirim surat permohonan kepada Dekan FIB demi mengisi talkshow "Karena Mampu Berbahasa Asing, Aku Mampu Melihat Dunia."
Gayung bersambut, acara akan dimasukkan dalam Dinus Inside atau acara ospek maba. Dekan FIB Bapak Dr. Raden Arief Nugroho, S.S., M.Hum., memberi ijin saya untuk memotivasi mahasiswa baru yang masih kinyis-kinyis ituh untuk mengembangkan diri. Salah satunya dengan kemampuan bahasa asing karena itu akan memberi jalan go international.
Tepat tanggal 5 September dari pukul 09.00-10.30, saya semangat menebar kecintaan pada bahasa lokal dan pengembangan bahasa asing serta memotivasi mereka untuk gali potensi, bakat dan minat sejak dini. Tak lupa, promosi buku terbaru saya tentang Jerman "Unbelievable Germany."
Mengisi acara Udinus Inside di hadapan 250-an mahasiswa FIB itu mulai pukul 09.00-10.30, membuat saya terperanjat. Wah, mau dong jadi maba lagi! Tampilan mereka chick! Semua berkaos merah menyala dengan gambar naga emas di punggung. Wanita memakai scarf batik dan laki- laki memakai iket batik. Ih, keren. Cakeeeep. Tampilan yang mencerminkan kekayaan budaya bangsa Indonesia. Bukan penampilan yang lucu atau malu-maluin. Bukan. Sebuah contoh yang baik, bukan? Berangkat ospek dengan rasa PD dan hati gembira.
Mengapa maba FIB Udinus harus punya dress code seperti itu?
"Memang dibikin begitu dari dulu, ciri khas kami supaya mereka mengenal budaya leluhur," terang mas Bayu, kepala CFLT dan BIPA Udinus. Lima belas tahun yang lalu waktu masih bergabung dengan LSM, saya mengenal beliau sebagai dosen bahasa Jepang.