Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Beda dengan Indonesia, Seperti Inilah Proses Membuat SIM Internasional di Jerman

17 Juli 2017   17:07 Diperbarui: 18 Juli 2017   07:57 2311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petugas melakukan pengecekan data di komputer. Apakah surat-surat saya asli, valid dan terdeteksi?

Oh jeee, ya ampun ... si ibu berdecak, ada masalah! Nggak ada nama keluarga pada SIM yang dibuat 11 tahun yang lalu di Jerman, sedangkan paspor (terbaru 2017) yang dibuat di Semarang pakai nama keluarga suami. Ya, orang Jawa nggak punya nama keluarga dan saya baru ganti nama keluarga, mengikuti nama keluarga suami demi mempermudah pengarsipan dokumen di Jerman, beberapa tahun setelah punya SIM Jerman.

Lantas pijimana, dong? Solusinya, nama panjang saya jadi nama keluarga (seperti SIM Jerman/EU lama), itu tertera dalam SIM internasional. Weleeehkayak kereta! Terus, si ibu punya ide buat nambahin catatan penting pada halaman terakhir SIM internasional bahwa nama keluarga saya sudah diganti sesuai paspor terbaru. Artinya, meski SIM Jerman dan SIM internasional datanya nggak persis, tetap bisa berlaku. Syukurlah!

Si ibu kasih saran; kalau mau SIM internasional langsung dengan nama keluarga, SIM Jerman lama harus diganti. Aduh, sudah bayanginribetnya ganti.

Catatan berikutnya di halaman terakhir SIM internasional adalah bahwa saya harus pakai kacamata (rabun jauh) selama mengendara.

Masalah data sudah clear. Kami diberi sebuah kartu seperti kartu ATM dan disuruh menuju ATM khusus di luar ruangan demi membayar bea pembuatan SIM internasional. Tertera, 15 euro. Kwitansi keluar dari mesin begitu kartu debit dimasukkan (bisa juga cash). Tertulis 1 euro untuk bea lain-lain dan 14 euro untuk SIM internasional. Total 15 euro atau Rp 225.000,00.

Langkah kami kembali menuju ke ruang petugas dan tangan saya segera nyerahin kwitansi. Sebagai gantinya, si ibu memindahtangankan sebuah buku warna abu-abu, SIM internasional dari Jerman. Beliau minta saya menandatanganinya dan bilang bahwa masa berlakunya 3 tahun saja dan harus diperpanjang jika diperlukan lagi.

"Vielen Dank, Frau Buller. Ich wuensche Ihnen einen schoenen Tag." Merasa happy kwadrat, saya pamit. Berharap si ibu akan bahagia pada hari itu seperti ia membahagiakan saya dengan SIM internasional.

Buku SIM Internasional di Jerman mencantumkan terjemahan dalam bahasa Inggris, Rusia, Italia dan Perancis.

Kenapa SIM internasional di Indonesia Lebih Mahal dan pakai foto kopi?

Dari proses pembuatan SIM internasional di Jerman yang kira-kira hanya 10 menit itu,  sebagai masyarakat, seneng kalau dilayani dan dipermudah, nggak dipersulit. Kalau bisa dibikin cepat, kenapa musti lelet? Kalau bisa murah, kenapa harus mahal? Intinya, seperti kata orang Jerman "Der Kunde ist Koenig" atau pembeli adalah raja, bahwa pelayananan kepada masyarakat Jerman harus dilakukan dengan maksimal dan sebaik-baiknya tanpa pandang bulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun