Kalau Bandung Bondowoso minta jin dibikinin 1000 candi, Aladin minta jin diantar ke negeri Jasmine dalam sekedip mata, saya minta ibu Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Hongaria, Y.M. Wening Esthyprobo Fatandari supaya mengijinkan saya launching buku “Exploring Hungary“ di KBRI di Budapest. Lah iyaaa, kan bukunya tentang Hongaria. Yang lebih spesial, karena ibu dubes sendiri yang memberikan kata pengantar dalam buku itu. Cocok, dikawinkan dengan acara sosialiasi lapor sebagai salah satu program dari pensos. Yak, terkabul!
Sudah menulis hari ini?
Tulisan pertama saya di media cetak adalah tahun 1994. Kelas 3 SMA, umur masih 18 tahun, selanjutnya diteruskan dengan honor yang lumayan tapi nggak serajin sekarang di dunia blog (sampai bikin buku). Hanya setahun 2-3 kali saja, sedangkan nulis sekarang hampir tiap hari. Nulis apa aja sebagai ekspresi diri, hobi dan ... obat lupa. Yaelahhh, sudah ubanan jadi suka lupaaaaa. Astagagagana!
Bagaimana dengan Kompasianer?
“Dulu aku sudah nulis di blog, sekarang sibuk kuliah, nggak diterusin....“
“Teman-temanku bilang, pengalamanku banyak, harusnya ditulis ...“
“Aku mau nulis, tapi nggak tahu gimana mulainya. Baru sekalimat, sudah kehabisan ide untuk kalimat-kalimat berikutnya ....“
“Ya, ampun. Aku sudah capek seharian bekerja, nggak ada waktu nulis nihh...“
“Mulutku bisa ceriwis seharian, giliran tangan mengetik ... OMG, buntu!“
Itu tadi, kalimat-kalimat itu yang jadi curhatan kebanyakan orang yang hadir pada hari itu. Saya paham betul, “alle Anfang ist schwer“ kata orang Jerman. Untuk memulai sesuatu, awalnya akan berat tapi kalau sudah dijalanin dan biasa, aseeek.
Hmm. Salah satu nasehat saya selain “Mulai nulis sekarang juga, kalau tidak sekarang kapan lagi?!“ adalah, “ngomonglah apa saja yang ingin kamu tulis, direkam lalu tulis dalam bentuk tulisan. Baca sekali lagi, edit supaya lebih halus, baca lagi.“ Jika sudah terbiasa melakukannya, pasti fasih kalau nulis langsung sesuai pikiran yang ada di kepala. Janji. Cieee.
Baiklah, Kompasianer ... sudah menulis apa hari ini? Jangan hanya nulis catatan uang/ pengeluaran atau utang saja, yaaaa. Hiks.
Kompasianer pernah mengalami depresi atau stress karena penolakan? Saya sering. Apakah saya menyerah? No, way. Justru itu cambuk untuk terus berusaha dan berdoa, mencapai yang diinginkan.
“Buku “Bertahan di Ujung Pointe“ baru terbit setelah 4 tahun lamanya, dari diterimanya naskah tahun 2010. Ada penolakan, diskusi, rewrite, pemotretan dan debat tim, yang barangkali untuk orang yang mudah putus asa, buku itu kandas di tengah jalan... begitu juga lika-liku buku “Exploring Germany“...“ Terang saya pada anak-anak PPI (Perkumpulan Pelajar Indonesia) Budapest yang mengerumuni saya. Awas-awaaaass... artis karbitan hadirrr. “Di mana?“ Hahaha ... Kalian lucu.
Mereka itu saya kompori untuk terus menulis di blog lalu dikumpulkan jadi buku. Semoga ada respon dan follow-up yaaaa. Jangan omong-omong kosong. Sehingga kedatangan saya untuk launching tidak hanya untuk saya sebagai penulis tapi juga keuntungan bagi PPI. Bakal ada buku baru mereka “Nano-Nano Beasiswa di Hongaria“. Tunggu yaaaa ... manis.
Pesan berikutnya pada mereka adalah, “jangan cepat menyerah.“ Hari ini nulis, besok mood-nya sudah amblas, besoknya lagi? Mana tahaaaaan?! Yahhh, nggak jadi nulis lah! Menulis itu harus dengan niat dan hati. Kalau tidak, ya nggak bisa. Tulisan butuh dicintai supaya ada jiwa dan buah pikiran yang diletakkan di sana, tidak sia-sia.
Sebagai orang Jawa, sudah diajari, dong untuk jadi model orang berhati baja dengan pepatah “rawe-rawe rantas, malang-malang putung“ jangan “rame-rame patas, datang- datang kepentung. Benjol.
Bahkan pak dirjen sendiri sudah wanti-wanti ke saya sebelum meninggalkan KBRI, “Kalau butuh apa-apa, hubungi saya... ini kartu nama saya.“ Lho, pak. Kann tadi sudah dikasih. Lupa yaaaa? Hahaha. OK, noted, beliau siap membantu. Siap, pak!
“... ada diaspora di sini yang jadi ibu rumah tangga? Profesi ibu RT itu 24 jam berat tapi sungguh mulia. Makanya, senangkanlah diri kalian. Jangan hanya shopping saja, temukan hobby sesuai passion. Yang suka masak bikin katering, yang suka nulis bikin buku kayak saya. Tidak semata-mata untuk profit materi tapi ingat ... buatlah diri kalian senang menjalaninya dengan penuh cinta setiap hari....“ Begitu antara lain isi sambutan saya di depan para tamu.
Nggaya banget saya kasih sambutan. Xixixi. Pssst ... sambutan pertama tentu dari ibu dubes, dong. Beliau menceritakan sedikit tentang rencana peluncuran buku tentang Hongaria ini. Saya sungguh bersyukur bahwa beliaulah yang dipilih Tuhan untuk memberi kata pengantar, setelah permohonan saya kepada dubes lainnya tidak mendapat respon. Setelah tiga hari serumah dengan ibu dubes di wisma KBRI Budapest, saya jadi tahu. Nggak boleh GR jika ibu memberi jalan lebar untuk saya, ternyata ibu memang suka memudahkan jalan untuk orang lain. Sudah watak dan karakter yang terbentuk dari kecil, lurus. Ibu, doa saya, pintu ibu semakin dilebarkan. Berharap ibu pindah ke Jerman, xixixi ... atau negara-negara yang perlu mendapat perombakan dari ibu, ya. Untuk Indonesia.
Oh, ya, belum cerita. Tamu yang hadir nggak sembarangan, lho. Selain Herr Excellency the Indonesian ambassador di Budapest (bu Wening), ada pak dirjen dari kementerian luar negeri dan perdagangan Hongaria (departemen Asia-Pasifik) yakni Bapak Sandor Sipos, PH.D tadi. Tak ketinggalan yang bikin heboh, penulis populer buku anak-anak (Erika Bartoz). PPI dan staff KBRI meramaikan suasana. Ihhh ... staffnya (pak Dicky, mbak Titania, mbak Farisa, dik Karina, dik Yogi, dik Annin, bu Susi, pak Widi, pak Yudhi, bu Yus) baik-baik dan melayani dengan prima, meski saya bukan orang penting. Terima kasih, semuanya. Saluuut. Lopyupul. Maafkan kalau saya ada salah dan ngrepoti.
Terakhir, dari ngobrol ngalor-ngidul di atas ... kiranya saya ingin menarik sebuah benang merah bergaris emas bahwa tanpa rajin menulis, sangat mustahil saya bisa ketemu dan disambut ibu duta besar RI di Budapest ini. Matur nuwun, ibu. Semoga tetap sehat dan bahagia selalu. Ketemu April nanti di Swiss lalu ke Jerman. Voila. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H