Judul itu.
Barangkali itulah perasaan yang terselip di otak saya saat terlibat satu jam percakapan WA dengan lawan WA, baru-baru ini. Percakapan menyenangkan dengan tokoh super duper, luarrrr biasa. OMG, seperti mimpi menemukan sosok duta besar yang touchable seperti beliau. Selama tinggal di Jerman, maaf kalau anggapan saya masih; dubes adalah sosok yang tidak bisa “dijamah“.
Oh. Maaf. Nyatanya, saya salah. Saya su’udzon. Maafkan saya.
Sebagai rakyat biasa, saya terpesona, kalau duta besar RI untuk Hongaria yang cantik dan chic-sadar fashion, ibu Wening Esthyprobo Fatandari sangat baik dan rendah hati. Menghargai ibuk-ibuk seperti saya, yang kadang ... lebih banyak bau dapur ketimbang bau pupur (bedak). Wow. We’re connected!
Menit demi menit. Nggak menyangka kalau ibu dubes pernah tinggal di Mojopahit dekat panti Marhaen, lalu pindah ke Kekancan Mukti, Pedurungan di Semarang. Oalah! Kami satu kecamatan.... tak heran kalau tempat belanja favorit kami sama, toko ADA. Toko serba ada, apa-apa adaaaa. Tahun ini lagiiiii ... hore, belanja kebaya!
Hmm ... ngobrol ngalor-ngidul. Sebenarnya saya lebih tertarik mengorek banyak tentang beliau. Buku biografi atau memoir adalah salah satu buku kesukaan saya (selain travel), entah untuk dibaca atau ditulis. Rupanya, ibu dubes lebih antusias menceritakan tentang putra beliau. Ras Muhamad!
Kata bu Wening, putranya, Ras Muhammad pernah masuk majalah RIDDIM yang dijual eceran 5,50€ (plus CD promo). Majalah yang begitu saya baca, wisss ... bahasanya Jerman itu membuat saya terperanjat. Wih! Kok nyambung juga, saya kan tinggal di Jerman. Ras Muhamad ternyata pakai label OneNess Records untuk albumnya "Salam". Begitu saya klik link youtube lagu itu. Alamakkk! Sukaaa. Bahasanya Indonesia, man (red. lagu “Leluhur“ full dengan bahasa Indonesia“). Baju Ras Muhamad di video clip dan panggung, mayoritas adalah hem batik, ada becak segala dan entah apalagi yang mengindonesia. Pokoke hebat! Indonesia bangeeeet. Berharap dukungan pemerintah RI seantero dunia mengalir, jangan sampai kurang greget. Apalagi di Jerman itu ya, reggae nya heboh, lho .... Ahh ... Mungkin saja Ras Muhamad punya kekecewaan yang mirip seperti yang pernah saya punyai. Entahlah, saya belum pernah ketemu duta reggae Indonesia itu. Pasti, pasti ketemu, ya mas ... Kalau ketemu dan saya banyak tanya, jangan dibalang sandal.
Tambah terpukau. Ras Muhammad sudah duet dengan artis Jerman, Sarah Lugo tahun 2016. Sama dengan duetnya dengan Töke&The Soultree Collective di tahun yang sama. Penyanyi regae itu juga penulis buku “Negeri Pelangi“. Buku dengan bonus CD itu menceritakan tentang perjalannya ke negeri asal Regae, Jamaica. Kata pengantar oleh Ramli Said.
Pesona Ras Muhamad bahkan mampu menghipnotis salah satu fans yang bela-belain nyetir mobil jam-jaman dari Bremen ke Bratislava, Slovakia! Hanya untuk nonton Ras Muhamad dan kasih liat bangganya dia pakai menancapkan bendera merah-putih di kepala krebonya. Kenal juga tidak ....
Saya setujui kalimat bu Wening bahwa, “It’s a dream jika merah putih bisa berkibar ...“ Tak heran jika Ras Muhamad sudah menembus Hongaria tempat ibunya mengabdi negara, termasuk Polandia yang dubesnya pendukung musik abis dan tentu dubes Slovakia.
Bu Wening pasti juga bangga dan happy ketika RM menyanyikan lagu „Letter to Mama“ (show di Bratislava dan Oslo). Olalaaaa. Bu dubes dengan baju dan topi merah, masuk panggung sembari menyooting pakai HP. Sebagai ibu yang punya anak, hati jadi “Mak jleb“ mendengar ada anak (RM) menyanyikan lagu buat ibunda tercinta (ibu Wening) di muka publik. Amboi! Indahnya dunia. Hilang sudah masa susah saat melahirkan, menyusui dan membesarkan anak dalam suka dan duka. Ketika sudah besar, mengharumkan nama orang tua dan negara.