{G5} My 5th Anniversary; Ikut Give Away, yuk!
Hari ini, genap 5 tahun saya gabung blog keroyokan Kompasiana. Tepatnya sejak 30 April 2011. Hari ini, 30 April 2016. Postingan pertama tentang pengalaman merasakan hari buruh atau di Jerman juga diperingati sebagai Maibaum, baru tayang 1 Mei 2011.
Wahhhh ... lima tahun, awet yaaaaa? Belum bosen. Boleh dikata, saya ini termasuk agak produktif dan konstan meski bukan yang rajin atau one day one artikel kayak pak Tjip. Selama 5 tahun, ada 1000 artikel yang sudah saya tulis. Kalau dibagi 5, setahun, saya punya 200 artikel. Dibagi 12 berarti sebulan nulis kira-kira 16 artikel. Seminggu ada 2-3 artikel. Nggak tiap hari dong. Repoooot rajin nulis di K (belum jawab komentar dan blog visit) memang kalau apa-apa ngerjain sendiri, anaknya banyak, di negeri orang lagi ... harus bagi waktu. Kapan dunia nyata dengan setumpuk kerjaan rumah tangga yang ya ampuuun .. nggak ada habis-habisnya. Ini selesai, itu ada yang baru ... harus dikerjakan. (Halahh alasan).
Penghargaan di Kompasiana
Banyak orang tanya, dapat apa sih dari Kompasiana, kok maunya nulis di sana. Kan nggak dibayar, mana sering ngadat xixi. Beda kalau nulis di koran, majalah atau buku, sekali nulis di bayar kalau dimuat/terbit. Di Kompasiana kann dimuat semua, pusing kali kalau semua dibayar. Du-duuuhhh bayangin banjir artikel milihnya keriting tuh admin. Sabarrrr ....
Ya. Pertama kali, alasannya karena saya yang butuh. Jadinya, nuliiiiis aja. Nggak peduli mau highlight, HL, terekomendasi, populer atau feature. Eeee ... begitu dapat HL, tumannnnn, teman-teman!!! Hmm ... maaf ya kalau ada beberapa Kompasianer yang nggak suka sama saya; 4L (Lo lagi-Lo Lagi). Admin memang menyayangi saya ... (uhukkk). Eh ... Sekarang nggak kok, admin sudah bagi rata HL nya. So, it’s OK.
Ada lagi, kenapa saya suka nulis di K. Karena ingin sharing. Sebenarnya, saya ini tipe orang yang supel (jiahhh) tapi nggak ipel-ipel alias langsing-singg. Jadinya kalau nggak ngomong sehari sama orang-orang, aduhhhh ... kayaknya mulut kedutannnnnn, mau loncat. Coba ... Sekarang tinggal di Jerman mau ngomong sama siapaaa?
Haaa ... Gak semudah di tanah air lho, di mana-mana orang kayak jamur di musim panen, di mana-mana ada ...suka ngobrol. Hangat gitu, dehhh. Belum lagi kerjaan dulu memang di radio, ngomoooong terus. Ini orang apa burung, sih? Ya, udah, sekarang di Jerman paling ngobrol sama keluarga (suami dan anak-anak), tetangga (dekat dan jauh) ... kalau sama klub cuma seminggu sekali, sama murid bahasa Inggris cuma seminggu dua kali. Sama temen-temen kursus bahasa Jerman juga seminggu sekali. Dan ... orang Jerman kann kebanyakan irit ngomong, nggak kayak orang Indonesia. Kangen, kalau sudah ketemuuuuu ... seperti panci dan tutupnya. Klop!
Makanya tangannya yang ngomong, nemu Kompasiana sebagai media curhat tulis (karena lesan nggak bisa), jadi favorit setelah yang lain dicoba. Bonusnya banyak lhoo, setelah 5 tahun gabung di K:
1. Ada teman-teman Indonesia baru dan baik dari seluruh dunia
2. Buku kolaborasi bareng Diaspora “Kami (Tidak) Lupa Indonesia“ terbitan Bentang Pustaka Yogyakarta (dan buku-buku kolaborasi lain bersama Peniti Media, Fiksiana Community dan Rumpies).