Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Karena Ilmu Baru, Dapat Teman-teman Baru

28 April 2016   19:06 Diperbarui: 28 April 2016   19:28 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mungkin dari lahirnya memang saya ini ada di bumi untuk seneng berteman, seneng ngobrolll. Masih ingat dari taman kanak-kanak sampai kuliah, selalu ada teman deket dan baik. Seperti sandal, kiri sama kanan ke mana-mana. Duhhh seneng dan lucu suka-dukanya. Bahkan waktu kuliah, nggak cuma satu tapi satu geng temennya, alias orang 5. Kompak banget. Di tempat kerja juga deket sama beberapa teman dan bisa gila-gilan. Hikss kangen ... kapan ya ketemu lagi, friends.

Begitu di Jerman, beda yaaaa ... jauhhh, mana orang-orangnya di sini juga agak tertutup dibanding orang Indonesia. Terkesan ada pembatasan pertemanan. Entahlah. Mungkin ini perasan saya saja.

Nah, sejak ikutan kursus bahasa Jerman B2, saya jadi punya ilmu baru dan ... teman-teman baru!

Pertama kenalan sama yang dari Rumania. Perempuan umuran 30 an. Wajahnya itu lhooo ... kok nggak pernah ceria. Wajah marah gituuuu, nggak bisa senyum padahal nggak lagi sakit gigi. Makanya, saya deketi biar bisa ketawa. Maklum, saya punya jimat kocak, kadang-kadang malah gila ... xixixixi. Dia curhat kalau di tempat kerjanya, dia nggak ada teman. Lalu saya bilang, ya udah, saya jadi temen dia aja. Nggak papa. Lagian kann kasian, dua tahun di Jerman nggak ada teman, nggak kenal tetangga. Alamakkkkk ... sunyi, senyap, sendiri. Cuma sama pacar yang tinggal serumah aja. Mereka akan menikah Juni nanti. Saya nari buat kamu, ya?

Yang kedua dari Georgia. Letaknya di mana itu yaaaa? Belum pernah ke sana! Hmm ... Masih muda, umuran 20 an. Dia jadi Au Pair Mädchen di sebuah keluarga Jerman yang punya anak umuran 7 dan 9. Kerjaannya memang kayak babu; anter anak, main sama anak, bikin PR sama anak, masak, bersih-bersih rumah, cuci baju dan berkebun. Meskipun demikian, dia bersyukur, ibu tempatnya ngenger banyak bantu cari magang  untuk lompatan setelah program di keluarga itu selesai. Mulai dari daftar sampai cari kos-kosan.

 Si anak ini lucu, kalau sudah sampai kelas sudah capek kayak orang habis digebugin preman satu kampung. Maklum, sebagai ibu rumah tangga saya ngerti kerjaan rumah. Meski dengan mesin, teteeeep aja capeeeeek deh. Tambah geli, ini teman malas bikin PR. Dia selalu bilang ke ibu guru di kelas bahwa nanti dia bisa langsung lesan saja bahasa PRnya karena semua ada di kepala tapi nggak sempet ditulis, nggak ada waktuuuu. Wahahahaha ... ada-ada saja, Su.

Yang ketiga dari Perancis. Cantikkkk banget, lembuuuut sekali seperti macan luwe. Jadi inget anak saya yang ragil. Kalau ngomong Jerman agak susah dimengerti karena logat Perancisnya kental. Kadang malah bingung “Kamu ngomong apa? Ibu nggak tahu“, gitu kata guru kami. Terus saya usul pakai bahasa Perancis saja karena ibu guru dan teman dari negara Eiffel bisa bahasa Perancis. Eeee ... Padahal dia sudah kursus bahasa Jerman berkali-kali di Perancis. Oh, ya. Anaknya baik. Dia magang di sebuah perusahaan alat kedokteran di Tuttlingen selama 5 bulan. Yaaaah ... setelah kursus, kita pisahan. Kali saya musti explore Lille, itu nama kotanya di Perancis utara. Pasti asyik!

Yang keempat dari Ceko. Perempuan berkacamata itu punya anak satu. Suaminya kerja di perusahaan Ceko di Jerman. Makanya dua tahun ini, dia ikut pindahan. Nggak enak kann kawin tapi satunya di Ceko, satunya di Jerman. Mana tahaaaaan? Dia curhat nggak punya temen. Nggak tahu kenapa. Tetangga juga nggak kenal. Ya, udah, saya jadi temennya. Dia curhat kalau bahasa Jermannya masih belipet. Lahhh emang, saya yang lama juga nggak? Dia menyanjung saudara-saudara. Katanya Jerman saya bagusss ... Kali kalau sambil merem. Haha. Begitulah. Jadi mereka hanya berbahasa Ceko di rumah bersama suami dan anaknya. Sayang kann? Padahal bahasa itu harus dipraktekkan. Sekali malas, nggak bakalan fasih (Halah, kayak dirinya sudah fasih, katam aja belummmm). Arghhh, nyesel, rumahnya sangat jauh dari Tuttlingen, kalau deket, asyik juga ya bisa saling kunjung dan saling tolong-menolong. Sigh.

OK. Masih ada beberapa teman lagi yang saya kenal tapi udah selembar nih curhatnya ... sambung lagi next time. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun