Gaganawati peserta No. 121
[caption caption="Event My Diary Fiksiana Community Dok. FC"][/caption]
Dear Diary,
Sudah malam. Hari ini ragaku terasa lelah. Memandangi Maja tadi, membuat bebanku terasa ringan. Ohhhh... ingat kata Jule, aku dibilang perempuan berhati seluas samudera. Kalau Jule jadi aku, ia bilang tak sanggup. Aku? Berjalan di mana angin berhembus sajalah. Melawannya akan membuatku sudah jatuh, tertimpa tangga. Perempuan rapuhkah aku, Ry? Sepertinya begitu ....
Sepulang kerja, aku cari titipan Rakesh. Iya, titipan itu ... cabe merah, Ry!
“Annette ... nanti pulang kerja, titip beli lombok, ya? Yang merah ya, jangan yang ijo“ Rakesh telpon kemarin. Suara ngebass-nya merdu. Suara yang biasa aku dengar dari kamar mandi itu, bukan lagi milikku. Suara yang pernah menyingkirkan radio. Hiks.
“Ya, aku akan membelikan untukmu. Sekilo kann?“ Aku sudah tahu adatnya. Titip cabe sebulan sekali. Yang merah, bukan yang hijau. Toko Asia itu memang tak jauh dari kantorku, tapi jauh sekali dari kontrakannya yang baru.
Hahaha. Jule ngakak mentertawakanku, waktu aku pamit pulang kantor buruan sore tadi karena musti nyetir setengah jaman menuju toko Asia yang biasa jualan cabai. Mau-maunya. Tahu kan, Rakesh asli Bangladesh. Ia suka sekali makanan pedas. Beda banget sama makanan Jerman yang ampang nggak ada rasanya. Datar tapi tetap favoritku. Meski lima belas tahun sudah di Jerman, Rakesh nggak mau makan tanpa bumbu pedas. Minggu ini, persediaan cabai di gudangnya habis. Bener. Gudangnya, Ry, bukan gudang kami karena ia sudah tak lagi serumah denganku. Tidak pula dengan Maja. Kami sudah memutuskan untuk jalan sendiri-sendiri. Maja aku yang asuh. Kalau aku berhalangan, Maja ikut papa biologisnya. Pekerja kasar honorer yang gajinya tak sampai seminggu.
Bodoh, kata Jule aku bodoh sekali. Sudah teman lelakiku digondol orang, eee ... masih saja berhubungan dan baik sekali padanya.