“Kalau aku jadi kamu, Nett, sudah kupotong-potong sebesar dadu dan kuramu dengan cabai sepuasku. Bukan pakai cabai merah sekilo, satu kwintal sekalian!“ Jule kalap. Matanya merah, melotot seperti kepedesan habis makan cabe.
Aku bilang, “Ini demi Maja. Aku ingin membuat Maja bahagia bahwa aku dan Rakesh akur. Ngeri kalau anakku tambah sakit jiwa karena orang tuanya sudah tidak serumah, ditambah ... tidak ada komunikasi di antara kami.“
“Gila. Kamu gila, Annette. Sebagai sahabat. Aku nggak paham sikapmu.“ Jule gusar, meninggalkanku yang masih saja bisa tersenyum. Gurat-gurat keriput sudah mulai tampak nyata di sudut bibir kanan dan kiriku. Tak terasa limapuluh tahunan usiaku. Tidak muda lagi.
Barangkali Jule benar, aku gila tapi sungguh aku tidak stress. Gila karena sekarang, rasa cintaku pada Rakesh seperti kakak pada adik. Rakesh lebih muda 5 tahun dariku. Banyak orang menyindirku, aku suka daun muda. Menurutku, cinta tidak memandang usia, ras dan tetek bengek lainnya yang hanya mematikan benih. Kumbang bebas menghisap madu bunga mana yang ia suka.
Ry, aku rela ia memiliki kehidupan baru. Kehidupan yang menjanjikan bagi Raju. Dia, anak lelaki Rakesh dari hubungan gelapnya dengan Sisi, Ry. Orang-orang heran, aku tidak marah pada Sisi. Aku bahkan menyayanginya! Ry, sebenarnya pada awal-awal sebelum Raju ada, aku sudah curiga. Tindak-tanduk Rakesh aneh, Ry. Ia mulai jarang tidur di rumah, alasannya lembur. Padahal, ia tidur di rumah Sisi. Ketika tertangkap basah foto wefie mereka di facebook dan handy, ia mengaku. Tapi ia menolak kalau dikatakan mencintai Sisi. Ia merasa dijebak, Ry. Arghhh ... laki-laki ... sudah dikasih makan di rumah, nyolong juga ikan asin tetangga. Belum juga menikahiku, ia menghamili wanita lain ....
Nggak papa. Aku nggak papa, Ry. Hanya saja Maja nggak bisa sembunyikan rasa kecewanya. Astaga. Papanya menemukan perempuan lain. Yang lebih muda, lebih seksi, lebih menarik dan lebih cantik dari mamanya.
Semua berubah, Ry. Kekecewaan dan kepedihan menghilang. Itu saat Raju lahir. Maja begitu bahagia menimang-nimang adik lain ibu. Aku? Marah? Tidak ... aku empat kali bahagia. Pertama melihat Maja bahagia, Sisi bahagia, Rakesh bahagia dan aku sendiri ... super bahagia melihat ketiganya bahagia.
Ketika aku menimangnya, seakan dunia jadi surga, Ry. Kalau bapak ibu biologisnya salah, bukan berarti ia kena getahnya. Aku tak mau melukai bayi tak berdosa itu dengan merebut Rakesh kembali dan membuatnya jadi anak tanpa ayah di rumah. Biarlah Maja berbagi ayah. Toh, ada aku, ibu yang tak akan pernah dibagi-bagi.
Oh, Ry. Jule juga pernah bilang dia nggak terima. Aneh. Aneh sekali bukan? Aku yang mengalami saja nggak papa. Sahabatku justru yang kebakaran jenggot. Sahabat yang luar biasa memang. Aku beruntung memilikinya dalam hidupku, apalagi di saat separoh sayapku patah. Jule membantuku jiwa raga. Sampai-sampai, ia labrak Rakesh dan Sisi di rumah mereka. Untung Raju belum lahir waktu itu.
Ah, Ry, hidup hanyalah sandiwara. Peranku sudah aku ambil. Aku bersungguh-sungguh untuk itu. Untuk peranku yang ini; mencintai Maja, Rakesh, Sisi dan Raju sesuai adegan masing-masing.
Sudah ya, Ry. Aku ngantuk. Mau tidur, sudah larut. Takut bangun kesiangan. Semoga aku nggak lupa antar sekilo cabai merah untuk Rakesh besok pagi.