Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Lahirkan Bayi di Jerman? Pajang Burung Kuntul dan Jemuran!

31 Oktober 2015   21:48 Diperbarui: 1 November 2015   08:34 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Jawa kalau ada orang melahirkan ada yang memasak bubur abang putih (coklat dan putih) atau tumpengan (nasi putih atau nasi kuning) atau bancakan (membagi kardus berisi makanan) atau pengajian. Itu sebagai pertanda selametan atau mensyukuri nikmat bahwa ... ibu dan bayi lahir dengan selamat. Sebuah prestasi dan kebahagiaan yang tiada tara. Alhamdulillahhhh ....

Bagaimana dengan di Jerman? Ternyata tidak hanya orang Jawa saja yang menandai kelahiran bayi dengan sesuatu yang istimewa. Di daerah kami tinggal di negara bagian Baden-Württemberg, sudah tidak asing lagi terlihat orang memajang burung kuntul yang menggigit kantong (biasanya berisi bayi) dan jemuran baju bayi (dari ujung rambut ke ujung kaki) di depan rumah mereka. Tradisi leluhur unik yang dipegang hingga kini. Lestari dan indah.

 

Nah, kalau bayinya perempuan ya, baju perempuan dengan warna yang identik dengan perempuan. Merah dan merah muda adalah warna dominan yang dipilih. Biru dan hijau banyak dipilih untuk melambangkan, “Hai, bayi kami, laki-laki!“ Kalau kembar laki perempuan, mungkin bisa dua-duanya ....

Beberapa orang menyebutkan siapa nama bayi dan tanggal kelahirannya, sebagian lagi enggan memasangnya. Psssttt ... rahasia! Mau tahu ajaaaahhh.

Oh ya, yang menarik dari kisah burung kuntul putih sebagai pajangan itu adalah ... konon, banyak orang yang sudah punya anak bahkan banyak, enggan bertemu dengannya. Mereka percaya, burung (asli, yang masih hidup) itu menularkan kehamilan alias bakalan punya anak lagi. “Haaah ... ada burung kuntul putih, kabuuuurr. No more babies!“

Di daerah kami, Blackforest, ada dua jenis burung kuntul yang sering berkeliaran di ladang-ladang atau tanah lapang. Yang satu berwarna putih... yang satu berwarna abu-abu. Yang warna abu-abu bukan sebagai lambang kelahiran bayi atau peruntungan bayi tadi karena mereka, suka makan tikus dan ikan.

Kompasianer yang perempuan, sudah pernah ketemu yang mana? (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun