Lis. Kompasianer Listhia Hardiati Rahman. Siapa yang gak kenal artis Commuter di Jakarta itu?
Tak salah kalau saya minta dia untuk membuka pameran foto Jerman sekaligus pameran lima foto Kotekers dari lomba essay foto Koteka dan kartu pos Fiksiana Community di UPGRIS Semarang, 2-3 September 2015. Tadinya mau batal karena Lis mau ada PKL di Jepara, Tuhan menjawab kekhawatiran itu, "Tarian Listhia, rejekimu, Gana." Terima kasih, ya Allah. Terima kasih, dik Lis.
Lewat tarian Sesonderan, tarian penyambutan tamu yang rancak dari Malang, Jawa Timur itu ia memilih dibawakannya dengan baju ungu, selendang hijau pupus.
Sesonderan?
Tari Sesonderan, agak mirip dengan Tayub atau gambyong dari Jawa Tengah. Tarian tersebut menjadi tarian pergaulan untuk mengajak orang menari, bersukaria. Lihat saja gerakan tebar sampur dan lenggat-lenggotnya. Tari itu juga diisi gerakan tari Jaipong dari Jawa Barat. Musiknya memang beda sih, dengan Tayub atau Gambyong yang lebih lembut. Bagus untuk disetel pagi-pagi biar tidak ngantuk.
Tari Gambyong sendiri sering saya lihat saat ada manten atau wisuda sebuah kampus. Baju yang dikenakan saat Gambyong biasanya didominasi warna hijau dan kuning (warna dewi Sri), meski tidak menutup kemungkinan pilihan warna variasi lain. Barang tiga sunduk mentul di kanan, diimbangi rampai bunga melati yang menggantung dari kondenya di sebelah kiri.
Tayub, pernah lihat waktu sunatan. Semoga akhir September ini, saya jadi nari Gambyong di festival Indonesia di Konstanz. Sudah lupaaaaa ... latihan lagi!
***
Ya, kembali ke Lis. Saya senang berhasil menggaetnya dalam pameran, meski sempat kecewa memang, karena ....
"Lis, entar pakai bajunya apa?" Pesan saya kirim.