Sky craper atau pencakar langit disandang gedung tinggi yang biasa digunakan untuk perkantoran dan bisnis. Bangunannya yang seolah-olah mencakar langit itu ada di seluruh dunia, mulai menjamur, tak ubahnya seperti di Semarang, kota kelahiran yang telah lama saya tinggalkan dan baru saja saya kunjungi. Meski tidak semua gedung tinggi yang saya lihat, termasuk dalam kategori skycraper-versi wikipedia berbahasa Indonesia (mencapai 150 meter atau 500 kaki), toh tetap saja terkesan mencakar langit.
Ugh. Ada rasa bangga dan takut berkecamuk di dada. Kota ini sudah mengalami pubertas tingkat tinggi, apakah pemda dan masyarakat siap menghadapi segala dampaknya? Adakah dampak terhadap lingkungan (dan lain-lain) atas penanaman gedung di kota yang masih tak bisa hilang dari masalah rob dan banjir ini?
***
[caption id="attachment_286807" align="aligncenter" width="511" caption="Skycraper dengan desain unik,kiri atas"][/caption] [caption id="attachment_286809" align="aligncenter" width="488" caption="Tower lantai XI, kanan atas"]
Ketika masih single, saya terbiasa siaran dilantai 11 plasa Simpang Lima Semarang, wira-wiri di kantor Gubernuran, Jl. Pahlawan, RS Tlogoredjo tempat saya check up kehamilan dan kesehatan gigi, Unisbank Bendan dimana se-area dengan tempat menimba ilmu di PPS Unnes dan gedung HSBC Jl. Gajah mada tempat cuap-cuap soal bisnis. Wah, AC nya memang tergolong amat dingin untuk orang lokal karena disetting ala bule. Hotel Ciputra, gedung tinggi yang memiliki desain agak berbeda dibanding skyscraper Semarang lain ….
Oh. Kunjungan terakhir saya ke Semarang adalah tahun 2010. Gedung tinggi seperti hotel Gumaya di jalan Gajah Mada dan mall Paragon sudah tak asing lagi.
[caption id="attachment_286813" align="aligncenter" width="512" caption="Susah sekali membidik hotel Gumaya"]
Tiga tahun kemudian (2013), kepala saya geleng-geleng. Banyak gedung baru yang berdiri tegak di pusat kota yang padat dan tak pernah alpa dari kata macet, menambah koleksi kota ATLAS menuju metropolis? Oh, No! Udara semakin terasa penuh menghalangi pemandangan mata menuju langit, jalanan sepertinya makin sesak oleh kendaraan roda dua dan mobil besar ukuran perkasa dimana-mana. Gedung Semarang berkejar-kejaran dengan penghuni yang menempatinya. Siapa sampai duluan?
Dalam pertemuan di Resto Semarang bersama rekan-rekan LKW, mas Budi tertawa ketika saya nggumun, heran, diseberang sana ada hotel tinggi, Ibis. Hotel yang ada dijalan Gajahmada itu punya 12 lantai.
Lalu saya curhat pada mas Budi si novelis Nora Umres tentang gedung menara Suara Merdeka di jalan Pandanaran yang memiliki 17 lantai. Dijalan itulah terdapat pusat jajanan Semarang dan bikin macet itu. Mau dibuat satu jalur suatu hari nanti? Saya termangu.
Best Western Star Hotel&apartemen di Jl. MT.Haryono, Holiday In Express hotel di sekitar Simpang Lima, yang selalu saya pandang saat lewat dengan taksi, ahhh ... Entah ada perasaan gundah dalam hati ini. Semarang lama-lama menjadi hutan beton?!