[caption id="attachment_230111" align="aligncenter" width="597" caption="Schnitzel dan Pommes, manakah huruf O, D dan I disana? "][/caption]
Selain sosis, Jerman memiliki kuliner selezat Schnitzel. Ini dari kata schnitt, potongan (daging).
Biasanya masyarakat Jerman membeli Schnitzel dari bahan beku atau segar, jadi tinggal goreng sreng-sreng deh. Ditemani Pommes alias kentang goreng atau Spätzle, mie Jerman … lekker. Enak.
Tiba-tiba saja, saya ingin membuat sendiri. Di Indonesia saya tidak pernah belajar ini. Saya hanya biasa melihat mertua atau suami dalam membuatnya, sepertinya gampang. Coba ah!
[caption id="attachment_230112" align="aligncenter" width="265" caption="Dari kocokan telur dan tepung, kutemukan B "]
[caption id="attachment_230151" align="aligncenter" width="262" caption="Bumbu penyedap dibentuk S"]
Segera saya sediakan bahan-bahan seperti tepung terigu, telur kocok, Panier (remukan roti yang sudah dilembutkan). Masing-masing saya taruh dalam piring pipih yang berbeda. Bumbu-bumbu siap menggurihkan rasa dalam tepung, terdiri dari; garam, penyedap rasa, bubuk merica, bubuk bawang putih, bubuk bawang merah dan bubuk paprika (jika suka).
[caption id="attachment_230114" align="aligncenter" width="612" caption="Daging kalkun, G"]
Pertama, mencuci tangan. Saya ambil daging filletkalkun, biasanya sebesar telapak tangan (irisan daging pipih tanpa tulang, bisa dari ayam, sapi, kalkun atau babi).Harganya di kisaran 4 euroan untuk ½kg isi 3-5 iris. Ada yang dagingnya dari sapi muda yang lebih empuk dan warna lebih terang (Kalb) disebut Wiener Schnitzel. Kalau dari kalkun, Puten Schnitzel namanya. Dan yang dari babi biasa ditulis Schnitzel saja di menu resto atau warung. Wah ternyata beda nama, beda isi.
Usai daging dilumurkan ke tepung, berikutnya ke telur kocok, baru ke Panier. Lalu saya masukkan ke Pfanne si wajan datar pipih yang sudah dipanaskan dengan minyak/mentega/butter. Kompor saya nyalakan nomor 7, kalau terlalu besar bisa jadi gosong atau kematengen. Hiyyyy, pait!
Sudah, tinggal makan, yah. Meski biasa orang Jerman pakai kentang goreng atau mi Spätzle, saya lebih suka pakai nasi hahaha Indonesia banget. Meski tak tiga kali sehari, nasi tetap menjadi klangenan diantara diversifikasi pangan keluarga kami.
Oh ya, Schnitzel bisa diguyur Rahm Söße (saus krim warna coklat terang) yang ini kesukaan saya, Jäger Söße (saus coklat agak gelap warnanya, dicampuri irisan jamur), Braten Söße (saus warna coklat gelap pekat) atau … sekedar dicipratin cocolan tomat saja juga enak. Takaran bubuk saus biasanya 3-4 sendok makan untuk ¼ liter air dingin atau tergantung kesukaan akan kekentalannya, kocok, godog di api sedang. Kalau di Jepang, saya pernah mendapatkannya dalam bentuk pasta, tinggal … crottt! Air sedikit, jadi, yaiy.
Sayuran segar seperti tomat, ketimun, irisan sitrus dan selada bisa didekatkan pada Schnitzel, atau salat lainnya. Biar segar, yah?
Selamat mencoba menikmati hidangan ala Jerman di rumah. Cocok untuk lidah orang Indonesia, kok, hehehe. (G76).
P.s: Diposting dalam rangka WPC XXX Project Alpha Beta: http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/12/15/weekly-photography-challenge-30-project-alpha-beta-511098.html. Karya Kampretos bisa disimak disana. Salam klik.
Silahkan membuat puzzle dari gambar untuk membentuk kata SChnitZEL
[caption id="attachment_230115" align="aligncenter" width="587" caption="Palang pantek itu mengingatkan saya pada t"]
[caption id="attachment_230153" align="aligncenter" width="597" caption="Didepan M ada h"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H