Benar-benar terbukti bahwa Semarang yang menyandang sebutan Semarang kota ATLAS itu, dikenal sebagai kota banjir. Buktinya ada pada komentar postingan terdahulu soal „Semarang kaline banjir.“
Meskipun demikian, kota ini selalu dirindukan banyak orang termasuk saya. Ingin rasanya bisa terbang, mengunjungi Semarang kapan saja saya mau.
Apa rahasia Semarang? Ternyata banyak magnet yang menyedot pengunjung untuk mampir kesana tak hanya di kawasan Semarang atas tapi juga Semarang bawah. Apa sajakah itu?
***
Indonesia selalu menjadi tujuan klangenan saya tetapi karena tiketnya amat mahal dan perjalanannya amat sangat jauh dari Jerman, kadang untuk melaksanakan niatan ini tak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi anak-anak masih kecil dan liburan harus selalu disesuaikan dengan jadwal terbang. Sayang kalau hanya dalam hitungan hari atau minggu.
Semarang, kota yang beberapa kali mendapatkan penghargaan adipura ini merupakan kota kelahiran saya. Kampung halaman yang selalu dirindukan. Tanah tumpah darah yang tak kan terlupakan. Never.
Ibukota propinsi Jawa Tengah yang dipadati penduduk sekitar 1,5 juta jiwa ini memiliki slogan kota ATLAS (aman, tertib, lancar, asri dan sehat). Selain wisata kuliner seperti lumpia, bandeng presto, wajik, ganjel ril, Kue Maha, wingko babat, soto Bangkong, tempe penyet, mie ayam cakar, bakso pak kumis, sate pak Kempleng Ungaran, tahu gimbal (Simpang Lima-Pahlawan), ayam mbok berek dan penganan lain yang biasa didapatkan di sepanjang jalan Pandanaran, Semarang memiliki kecantikan tersendiri yang mempesona wisatawan lokal maupun manca.
Untuk akomodasi juga mudah, mulai dari rumah kos, hotel bintang I-V. Angkutan kota juga banyak mulai dari becak, bus, angkuta daihatsu oranye sampai taksi.
Yak. Ini dia daftar wisata wajib yang ingin saya perlihatkan kepada anak-anak jika jadi mudik ke Semarang:
Gedong Songo
[caption id="attachment_224400" align="aligncenter" width="506" caption="Gedong songo"][/caption]
Sejak SMP, tempat ini sering dijadikan area perkemahan kami. Sembari belajar mandiri tanpa orang tua bisa menikmati keindahan obyek wisata (candi, sumber belerang dan pemandangan indah lereng Gunung Ungaran). Lokasi GS ada di Dusun Darum, Desa Candi, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang. Mengamati detil candi yang dibangun pada abad IX M itu sedikit melelahkan karena tangganya banyak dan naik turun. Mungkin anak-anak bisa happy naik kuda sebentar dan bermain di taman. Udaranya juga sejuk, cocok buat mereka. Gedong Songo sendiri dalam bahasa Indonesia berarti bangunan yang berjumlah sembilan. Masing-masing candi berjauhan dan memiliki view yang keren. Oh, ya untuk menuju ke GS, biasa pakai bus Nasima warna merah putih atau Kopata warna kuning sampai pasar Bandungan, disambung ojek. Yuhuuu ….
Gereja Blenduk
[caption id="attachment_224402" align="aligncenter" width="553" caption="Gereja Blenduk"]
Dari rumah orang tua saya di kawasan Semarang Timur, gereja ini bisa dijangkau dengan angkutan Daihatsu oranye nomer 33 dari Tlogosari, lalu jalan kaki dari pasar Johar (sekalian belanja batik sama anak-anak pasti seru).
Tampilan gereja yang ada di Jl. Suari (Kerk Straat alias jalan geraja) ini amat menarik. Sentuhan gaya Belandanya kelihatan sekali, maklum dibangun tahun 1753 pasti ada ahli dari Belanda. Untuk masuk kesana tidak bayar tapi sepertinya ada kotak amal. Anak-anak pasti merasa seperti di Jerman, lantaran desain interiornya tak jauh amat dengan gereja yang sering mereka lihat.
Goa Kreo
[caption id="attachment_224403" align="aligncenter" width="468" caption="Kerajaan kera Semarang"]
Untuk kesana butuh kendaraan pribadi dan pasti melelahkan meski bisa menyejukkan hati. Berkunjung ke kerajaan kera! Pasti mbak Chayenne suka, sayang adiknya agak penakut jadi butuh tukang gendong yang kuat untuk menahan bebannya yang 16 kg itu! Haduh.
Klenteng Gang Lombok
[caption id="attachment_224404" align="alignleft" width="384" caption="Klenteng gang lombok"]
Ini pastinya menjadi wisata religi yang lain bagi anak-anak lantaran peninggalan China amat jarang kami temukan di Jerman, tak seperti di Semarang ini (banyaaaak).
Klenteng Sam Poo Khong
[caption id="attachment_224407" align="aligncenter" width="568" caption="Klenteng Gedong Batu (dok.H79)"]
Pelabuhan Simongan adalah tempat armada Laksamana Cheng Ho bersandar pada tahun 1405 M. Disitu ia mendirikan kelenteng dan mesjid yang sampai sekarang masih dikunjungi dan disebut Kelenteng Sam Po Kong atau disebut masyarakat “Dong Batu” atau Gedung Batu.
Warna merahnya amat menyala. Tiket masuk termasuk damai. Wisatawan bisa masuk ke tempat pemujaan, melempar kayu pembaca masa depan dan seterusnya.
Kolam renang Pucang Gading
[caption id="attachment_224408" align="aligncenter" width="571" caption="Airnya asinnnn"]
Lokasinya berdekatan dengan sebuah kloster. Dari pusat kota, bisa ditempuh dengan DAMRI Pucang Gading dan berhenti tepat di depan pintu perumahan real estate itu. Agak jalan sedikit sampai sudah. Memakai daihatsu oranye harus dua kali. Dengan taxi atau kendaraan pribadi tambah bisa.
Kolam renang ini termasuk mahal, karena tiketnya sudah mencapai Rp 40.000 sampai sore. Handuk bisa dipinjam gratis asal menitipkan ID. Airnya biru bersih dan asin rasanya, bagus untuk kesehatan. Sayang perosotan airnya sudah agak karatan. Sesekali bunga kamboja putih berjatuhan, wangi.
Kami paling suka di sudut whirlpool mini. Jika lapar dan dahaga menyerang, tinggal pesan di resto yang ada. Masakannya lezat!
Lawang Sewu
[caption id="attachment_224409" align="aligncenter" width="548" caption="Pameran kerajinan di Lawang sewu"]
Lawang sewu atau dalam bahasa Indonesia berarti seribu pintu. Sepertinya jumlah pintunya tak ada seribu tapi karena saking banyaknya, ya mungkin disebut begitu.
Bangunan tua peninggalan Belanda yang menjadi milik PJKA ini sering dihubung-hubungkan dengan demit korban jaman Belanda dan Jepang. Masih ingat kah tayangan uji nyali tempo dulu? Hiy … semoga anak-anak nggak takut, apalagi beberapa sudut telah berlumut.
Beberapa kali LS di jalan Pemuda ini dijadikan tempat kegiatan seperti bursa, show, pameran dan seterusnya. Coba nanti anak-anak bisa ngitung pintunya tidak, sambil mengamati Tugu Muda, tugunya para pahlawan kota Semarang jaman perang, atau mampir ke museum Mandala di seberangnya ….
Masjid Agung Jateng
[caption id="attachment_224410" align="aligncenter" width="576" caption="MAJT (dok.wikipedia)"]
Masjid kebanggaan kedua kota Semarang ini ada di jalan Gajah Raya, Kelurahan Sambirejo, Kecamatan Gayamsari. Saya ingin memperlihatkan payung-payung raksasa disana. Kalau beruntung pasti ada pernikahan yang bisa anak-anak tonton. Maklum mereka senang melihat orang menikah dengan gaun dan dandanan cantik.
Masjid Baiturrahman
[caption id="attachment_224411" align="alignleft" width="576" caption="Masjid Baiturrahman"]
Masjid legenda kota Semarang ini diresmikan almarhumah presiden Soeharto pada tahun 1974. Masjid paling ramai pas Jumatan, meski kisah sandal/sepatu hilang tak pernah usai. Disekitar masjid, berdiri TK dan SD Hj. Isriati tempat saya pernah mengajar dulu, toko-toko dan gedung pernikahan. Maklum, banyak warga ingin melaksanakan akad nikah di masjid kebanggaan ini. Pagarnya yang putih membatasinya dengan PKL dan pelukis jalanan. Nanti biar anak-anak digambar pakai pensil, yang besar bisa sampai Rp.300.000. Oi. Sekarang pemandangan sudah lebih nyaman, tak ada cafe remang-remang dan penjual di lingkaran taman lagi (diganti pohon sawit yang nyocok berduri).
Museum MURI
[caption id="attachment_224412" align="alignleft" width="296" caption="Museum MURI"]
Museum Rekor Dunia Indonesia didirikan Jaya Suprana pada tahun 1990. Lokasinya ada di Jalan Perintis Kemerdekaan Semarang. Dari Semarang bawah bisa menggunakan angkota oranye jurusan Banyumanik ke atas lewat Gombel yang indah, atau bus DAMRI/Kopata/Nasima. Disini, kami harus hati-hati jalannya ramai, banyak kecelakaan.
Disebelah museum ada pabrik jamu. Belum memasuki pabrik atau museumnya saja, bau wangi sudah menggelitik hidung. Hatschiii ….
Di dalam museum sangatlah menarik. Gambar-gambar siapa saja yang telah memecahkan rekor dari tahun ke tahun membuat siapa saja berdecak kagum. Beberapa kali penyerahan piagam dilaksanakan di museum ini. Semoga ini memotivasi anak-anak bahwa didunia ini, mereka bisa berprestasi kalau mau dan mampu sesuai bakat dan minatnya masing-masing.
Museum Ronggowarsito