Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Berkat Kamera HP dan Jejaring Sosial, Menang Lomba Foto Di Jerman

15 September 2012   05:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:26 2360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat, 14 September 2012 adalah hari yang berbahagia karena panitia Trossingenactiv Foto-wettbewerb 2012 di kota Trossingen (lewat Herr Waldemar Wall), Jerman mengumumkan hasil penilaian. Saya terpilih sebagai juara III. Foto danau di bonbin gratisan kota tersebut adalah hasil gambar jepretan saya dengan menggunakan kamera telepon genggam!

Terima kasih kepada Allah dan kebaikan dewan juri, dukungan teman-teman 360, FB, dan Kampretos.

[caption id="attachment_212499" align="aligncenter" width="581" caption="Foto sederhana lewat HP yang menjadi juara III"][/caption]

***

Saya mencari daftar lomba foto di sekitar kota kami lewat google. Tangan saya memencet salah satu diantaranya, yakni Trossingenactiv Foto-wettbewerb 2012. Segera saya mengirim email berikut foto kepada panitia kontes yang digelar dari 1 Agustus-13 September 2012 itu.

Sepuluh foto saya ambil dari lokasi, kota Trossingen dan sekitarnya. Beberapa diantaranya hanya memakai kamera dari HP, lainnya pakai DSLR.

Aturan lomba adalah bahwa foto benar-benar milik peserta, tidak menggunakan akun kloning untuk memberi vote, dan memberi nilai setidaknya salah satu dari peserta (Claudia Anton, Michael Dufner, Hans-Martin Nester, Phillip Mathe, Manfred Nester, Gaganawati Stegmann, Bernd Stegmann, Helmut Rotter, Torsten Großmann, Gabriel Rinaldi, Hannah Tilt, Swaran Arri).

Begitu masa penilaian (6 minggu) dibuka untuk umum, saya minder. Melihat hasil foto peserta lain yang profesional itu menciutkan nyali saya. Kemudian saya pikir, menang kalah itu biasa, yang penting tak takut untuk mencoba. Oh ya, total poin diambil dari; penilaian juri yang ditunjuk, jumlah rata-rata bintang yang dimiliki (bisa diketahui di internet rentang 1-5 nya) berdasarkan kesukaan pemilih, dan berapa jumlah voter-nya (ini tidak terlihat alias menjadi rahasia panitia).

Yang perlu diingat peserta adalah bahwa semakin banyak teman yang diajak untuk menjadi fans dari Trossingenactiv-Fanpage, semakin besar kemungkinan untuk meraih kemenangan.

Eh, kemenangan? Menang??? Fotographer kenamaan Jerman, Inggris, Italia dan India, kok dilawan … Ngimpikah???

Tidak. Tuhan memang adil, IA ada dimana-mana ….

***

Pemenang lomba pertama adalah Hannah Elizabeth Tilt dari Inggris. Lewat foto BW nya yang memotret tokoh pemain Akordeon, Herr Parentaler dari Trossingen, ia berhasil menghipnotis juri. Fotografer mancung yang pernah belajar sebagai pemain film, seni lukis dan sebagainya itu menguasai sastra Inggris. Si wanita percaya bahwasannnya foto bagian dari kreativitas. Wanita cantik itu berhakmendapatkan kupon seharga 250 Euro.

[caption id="attachment_212501" align="aligncenter" width="236" caption="Hannah Tilt fotografer dari Inggris, juara I (dok.Hannah Tilt)"]

13476878582051718990
13476878582051718990
[/caption] [caption id="attachment_212502" align="aligncenter" width="413" caption="Foto BW milik Hannah Tilt"]
13476879101165488147
13476879101165488147
[/caption]

Pemenang kedua adalah Swaran Singh Arri. Pria lulusan London Academy ini sudah profesional memegang kamera. Seorang foto desainer keturunan India lahir dan besar di Kenya itu kini bermukim di kota Trossingen (kota yang terkenal dengan harmonica dan sekolah musik pujaan siswa seluruh dunia). Pria berkacamata yang sempat berturban putih saat pertama menginjakkan kaki ke Jerman itu, juga aktif di Efka drück. Ia boleh bangga mengantongi voucher 150 Euro.

[caption id="attachment_212503" align="aligncenter" width="309" caption="Swaran Arri, fotografer India, juara II (dok.Schwabische Zeitung)"]

1347687948535492906
1347687948535492906
[/caption] [caption id="attachment_212504" align="aligncenter" width="411" caption="Foto danau dan dedaunan di musim gugur (?)"]
1347688009602043168
1347688009602043168
[/caption]

Juara terakhir adalah saya. Seorang ibu rumah tangga yang nyambi nulis di Kompasiana di sela tugas-tugas yang menumpuk (rumah, kebun, anak dan suami). Ibu RT, pekerjaan terberat dan termulia yang pernah saya jalani dalam hidup diantara jejalan pengalaman pekerjaan kantor lainnya di masa lampau. Jadi 50 Euro is just fine ….

[caption id="attachment_212507" align="aligncenter" width="228" caption="Juara III, ibu RT kampretos dari Indonesia"]

1347688129691429079
1347688129691429079
[/caption]

[caption id="attachment_212505" align="aligncenter" width="407" caption="Foto saya, juara III"]

1347688047621066043
1347688047621066043
[/caption]

Satu dari 10 foto yang saya ajukan ternyata justru memenangkan satu dari tiga hadiah. Foto itu saya ambil dengan Iphone 4s bukan kamera DSLR.

Yup. I was really lucky. Mendapat durian runtuh. Mengapa saya menang? Saya taksir ini berasal dari dukungan yang kuat dari teman-teman FB dan kampretos (vote) bukan dari foto sederhana saya! Terima kasih semuanya. Juri bisa jadi keder banyak teman berbondong-bondong memberi komentar dalam bahasa Indonesia dan Jawa (yang akhirnya saya terjemahkan ke bahasa Inggris sesuai permintaan panitia). Jadi ya mungkin dimenangkan hehehe daripada diserbu balatentara kurawa Indonesia (dari dunia maya).

Sementara itu 10 voter atau pemberi suara berhak mendapatkan kupon sebesar @15,- €. Sayang tak ada satupun dari teman-teman Indonesia yang mendapatkannya. Mungkin kejauhan ya?

Begitulah salah satu pengalaman mengikuti lomba foto di Jerman.

Tips:

1.Jangan pernah malu dan gentar mengikuti lomba. Saya tadinya sempat malu dan baru mendaftarkan di hari terakhir penutupan (untung masih dibuka). Keraguan itu muncul karena merasa ilmu fotografi saya kurang sekali, foto saya masih mentah. Namun saya ingat, kalau ada keinginan pasti ada jalan.

2.Jangan cepat mundur. Saya sempat down saat seorang komentator di forum voter mengatakan meski saya banyak pendukung saya tak akan menang. Lelaki itu bersumpah tak akan memberikan suara untuk 10 foto yang saya tampilkan. Sayang tak ada tindakan dari panitia. Geram memang, tetapi saya ingat bahwa waktu itu pertandingan belum usai, saya sebaiknya tutup mulut, mengurungkan niatan untuk undur diri dan menanti hasil lomba saja. Jika saya kalah memang harus diterima, jika menang setidaknya ini akan meng-skak match orang itu.

3.Memotret dengan HP tak selamanya dinilai buruk. Buktinya justru foto saya yang dari telepon genggam yang dimenangkan, bukan dari DSLR.

4.Jangan malas mengedit foto demi penampilan yang prima (misalnya warna, pencahayaan atau derajat kelurusannya).

5.Tak usah takut jika penilaian tidak transparan. Dalam lomba yang saya ikuti, tak jelas berapa orang yang vote, hanya tahu berapa jumlah like, komentar (termasuk komentarnya) dan jumlah rata-rata bintang. Pasrah saja, Tuhan itu Maha Melihat.

6.Kalah atau menang itu biasa tetapi kalau kalah sebelum bertanding itu tidak biasa …. Hadiah bukan yang utama, penghargaan pada diri sendiri dalam mengikutinya yang pertama. Sebelum lomba ini, saya pernah ikut lomba foto perempuan di kota Tuttlingen, dan berhasil kalah dengan gemulai-tak masuk hitungan 12 orang yang fotonya dimasukkan untuk kalender Jerman 2013. Meski kalah tak berarti marah, senang malah, lantaran masih diberi kesempatan hadir pada acara peluncurannya Oktober nanti.

7.Perluas jejaring sosial. Banyak perlombaan yang tidak hanya mengikutkan peran juri (yang tidak bisa diganggu gugat) melainkan voter di FB, kompasiana atau twitter misalnya. Kalau tidak ada pendukung, bagaimana bisa menang, ya?

8.Pelajari bahasa asing/lokal (setidaknya bahasa Inggris) sebagai bekal untuk mengetahui informasi yang diperlukan dalam lomba dan untuk berkomunikasi dengan panitia/peserta lainnya.

9.Mari-mari ikut lomba apa saja (tak hanya foto) … dimana saja dan kapan saja … mencari informasinya lewat internet atau mading.

Semoga bermanfaat, menginpirasi dan menyemangati perlombaan berikutnya yang akan teman-teman kampretos, kompasianawan/wati ikuti. Go international and good luck. (G76).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun