Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

(CFBD) Hati-hati Pakai Hair Extension, Lebih Baik Rambut Panjang Alami

30 Agustus 2012   09:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:08 6416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kecil sampai hari ini, saya memang lebih menyukai penampilan dengan rambut panjang. Kalimat ayah saya, ”Rambut itu mahkota wanita, dipelihara …” masih terngiang hingga kini.

Sejauhmana jaman modern membuat gaya rambut berubah ? Bagaimanapun, magnet keindahan rambut panjang tak pernah lekang oleh jaman. Mode hair extension untuk generasi yang ingin cantik berambut tebal dan panjang secara instan telah hadir, menghuru-hara manusia.

***

[caption id="attachment_209582" align="aligncenter" width="435" caption="Rambut jadul saya dahulu (sekitar 130 cm) dari kecil s/d 2008"][/caption]

Rambut saya memang biasa dibiarkan panjang sejak kecil hingga kini. Pemeliharaan ini memang bukan semata image ”rambut itu mahkota wanita” tetapi ada kebanggaan saat melihat gambar penghargaan MURI pada seorang wanita yang memecahkan rekor rambut terpanjang itu. Rambut panjang, hitam dan tebal menjadi image bagi kami, para wanita, secara turun temurun. Sayang setelah memasuki usia 30 an, rambut gampang rontok sehabis keramas, sering muncul keinginan untuk memotongnya. Hiks.

[caption id="attachment_209583" align="aligncenter" width="614" caption="Rambut dilemari, 70 cm (60cm menempel di kepala saya s/d hari ini)"]

13463184841875148904
13463184841875148904
[/caption]

Bagaimanapun saya bersyukur bahwa dua anak perempuan dan kawan-kawan yang lain (baik tua dan muda) masih meyakini bahwa rambut panjang (yang sehat), lebih baik. Motivasi berambut panjang mereka makin diperkuat oleh tokoh kisah animasi seperti Rapunzel (putri diatas menara yang berambut panjang), Ariel si Meerjungfrau alias putri duyung, atau oleh kepemilikan rambut panjang saya dari waktu ke waktu.

Anyway … masih ingat style rambut KDM (Korban Demi Moore) yang meledak gara-gara film Ghost dimana Patrick Swayze menghantui si cantik Demi Moore dengan rambut cepaknya? Ia memang tampak imut, keinginan teman-teman untuk menjadi cantik sepertinya, mulai mengimitasi gaya DM. Begitu membabi buta. Ada yang pas dengan bentuk wajah, yang lain terlihat kurang pantas. Waktu itu, saya masih saja PD nan jadul dengan rambut panjang.

Orang-orang mengolok-olok saya, dibilang seperti gadis desa, mak lampir atau Pay Suchen dengan penampilan gerai, kepang satu/dua, kucir kuda atau gelung saja. Apapun kata orang, saya pelihara rambut sebaik-baiknya dan sepanjang mungkin. Dipotong jika bercabang atau ingin diratakan saja. Menjadi diri sendiri memang tak mudah. Hiks ....

Di lain waktu, banyak para pria mulai memelihara rambut gondrongnya. Kalau dari belakang, memang kami tampak tak bisa dibedakan jenis kelaminnya. Wah, ternyata rambut panjang tak hanya didominasi kaum hawa, kaum Adam juga tak mau ketinggalan, ya? Asal sehat dan terawat, why not?

Lalu tanah air kembali heboh dengan model wig yang dipakai KD. Beragam rambut pasangan yang nemplok di kepala diva Indonesia (waktu itu) amat menginspirasi banyak wanita untuk buru-buru mengkoleksi rambut palsu ini. Tak ketinggalan Tessy dengan wig kondenya. Saya yakin, kalau terlalu sering pakai wig, jadi tak sehat, bahkan rontok dan botak seketika.

Ah, wanita … kalau mau cantik saja kadang repot, meski banyak orang bilang ”Kecantikan wanita itu terletak dari akhlak dan tutur katanya …” Hmmm … memang penampilan luar itu terlihat instan, menginpirasi orang lain mengira-ira siapa dia. ”Don’t judge the book by its cover.” Semoga saya berhati-hati mengenal seseorang dari penampakannya saja, tak kenal maka tak sayang.

Tahun 2009, sewaktu saya ambil training potong rambut di sebuah lembaga terkenal di Semarang, saya mulai melihat banyak perubahan bahwa masih banyak gadis yang berambut panjang, banyak juga yang minimalis. Setelahnya, ada wabah hair extension (dengan konsep mengelem, menjepit dengan rambut asli dari orang lain yang sejenis dan atau sewarna). Ini adalah upaya wanita untuk mau cantik dan tampil ciamik dalam sekejap. Soal uang, barangkali jadi urusan lelaki (pacar atau suami).

Saya bahagia bahwa keinginan memiliki rambut panjang alami masih saya miliki (tanpa rekayasa) dari sejak kecil hingga kini.

Lahhh … disebutkan dalam sebuah artikel Mary Pflum dilaporkan untuk Good Morning Amerika, "Hair extensions have become the must-have accessory of celebrities and starlets on the red carpet and in magazines.” Bahwasannya penambahan rambut pada wanita itu menjadi sebuah keharusan bagi para selebritis dan para bintang yang terbiasa menginjak karpet merah dan mereka yang menghiasi majalah terkenal. Tak urung, ini diikuti masyarakat yang ingin tampil glamor dan cantik seperti pujaannya.

Sebuah gossip entertainmaint RED yang pernah saya tonton, menyoroti Rihanna. Extensionnya tampak amburadul habis konser, terlihat botak-nya pula. Haduh banget. “Beauty is pain.” Ingin menjadi cantik ternyata bagi beberapa wanita, tak semudah membalikkan telapak tangan bahkan amat menyakitkan. Cantik yang itu, seperti black magic! Tak kan tahan lama.

Nah … memiliki rambut panjang, tebal dan warna alami, ternyata memiliki satu poin lebih unggul dari hair extension ini. Anugerah terindah. Bagi yang telah memilikinya semoga bersyukur dan mempertahankannya. Rambut panjang alami bukan melulu jadul, bukan?

Mengapa harus berhati-hati terhadap trend hair extension?

Dr. Eric Schweiger, pakar dermatologi dari New York City menjelaskan pada GMA, banyak para wanita yang meski masih berusia 20-an telah memasang rambut palsu selama 6 bulan-1 tahun kemudian menjadi botak. What a night mare on the air, mimpi buruk yang berkepanjangan.

Penyebabnya, kata dokter ini lagi, ini berasal dari ketipisan rambut pasien atau kelemahan rambut pasien atau bahkan karena kurang sehatnya seseorang (contohnya anemia). Rambut asli menjadi rontok satu persatu secara drastis karena rambut tambahan yang berat dan tak nyaman itu.

Kisah itu dialami wanita umur 22 tahun, Maya Ramos dari Delray Beach yang meski baru 3 bulan memakai hair extension. Atau Chioma Odimegwu dari New York City, yang telah memiliki 14 cm rambut ekstra pada usia 19. Kini, ia mengalami rambut rontok permanen. Akibatnya, ia harus banyak memakai bando tebal dan topi kemanapun ia pergi.

Artis Hollywood sekaliber Jennifer Aniston sendiri menyerukan, "Nothing destroys your hair faster than hair extensions," bahwa tak ada perusak rambut terdahsyat selain hair extension. Saya kira pemilik rambut blonde tipis ber-shagy itu benar. Ia telah makan garam-nya.

Meski seorang New York stylist Angelo David berargumen bahwa hair extension tetap menjadi aset dan pilihan bagi sejumlah wanita (asal dipasang dan digunakan dengan baik dan benar sesuai jenis kulit kepala dan jenis rambut), tetaplah ini bukan jalan yang akan saya tempuh untuk menjadi cantik.

Untuk ini, Dr. Schweiger memberi tips bagi yang masih ngotot dengan style rambut tambahan ini, yakni dengan memakainya hanya beberapa jam saja dan melepasnya kembali. Oh, no!

Masih ngebet ingin memilih jalur instan, hair extension yang meski indah tapi mahal dan beresiko menakutkan ini? Saya tidak. Kalau rambut saya kuat dan tidak rontok, sebenarnya saya mau tetap memilih model rambut panjang jadul dari rambut alami yang tumbuh sendiri dan tetap tak malu memilikinya ditengah perang gaya rambut lain era sakini.(G76).

[caption id="attachment_209581" align="aligncenter" width="210" caption="Sugeng Tanggap Warsa, selamat ultah CF!"]

13463183261506916834
13463183261506916834
[/caption]

Sumber :

1.Pengalaman pribadi

2.http://gma.yahoo.com/hair-extensions-beauty-trend-dangerous-beauty-192152597.html

Link Lomba How Jadoel are you ?: http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/08/23/lomba-menulis-dalam-rangka-hut-cf-ke-1-diperpanjang/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun