Bonbin atau kebun binatang adalah tempat kesukaan saya sejak kecil. Ingatan ini masih hangat ketika orang tua kami sering mengajak ke Bonbin Tegalwareng Semarang (dalam kota) yang sekarang tergusur di daerah pinggiran Semarang.
Kecintaan pada hewan dan mempelajari tingkah lakunya menjadi sebuah hal yang menyenangkan. Justru dari sinilah rasa syukur menjadi manusia semakin bertambah.
[caption id="attachment_209770" align="aligncenter" width="565" caption="Menunggu merak membuka bulu-bulu cantiknya, lama ..."][/caption]
***
Merawat tiga anak di negeri orang bukanlah hal yang mudah. Semua pekerjaan yang dikerjakan sendiri sementara suami bekerja dari pagi sampai sore hari, terkadang membuat managemen waktu dengan anak-anak tidak seleluasa ketika di tanah air. Repotnya lagi kalau musim liburan ….
Sepertinya pemerintah Jerman banyak memberikan liburan. Dengan empat musimnya, sudah ada liburan 1x6 minggu (summer), 3x 2 minggu (Pfingt, Herbst dan Winter), ditambah segelintir libur nasional. Kalau tidak salah, dahulu waktu kecil di tanah air, dapatnya hanya liburan kenaikan kelas dan lebaran saja (?).
Ya sudah, demi menyenangkan anak-anak diantara liburan 11 hari ke Hungaria, sesekali saya ajak anak-anak berkunjung ke rumah tetangga, kawan, saudara, perpustakaan, kota, hutan, gunung, beragam show, taman bermain dan kebun binatang.
Kebun binatang besar di Jerman yang pernah kami kunjungi diantaranya adalah Wilhelma di Stuttgart, Frankfurt dan Uraltwald di Bayern. Lha kalau itu bayarnya tak murah dan jauh …
Streichelzoo paling saya suka, lantaran dekat dengan rumah dan tidak dipungut biaya. Untuk menjangkau tempat ini, hanya butuh mengendarai mobil selama 20 menit saja dari rumah. Traffic-nya tak begitu padat. Area parkirnya-pun luas.
Adalah Streichelzoo di Kappel, Villingen-Schwenningen. Kebun binatang yang merawat beberapa hewan, ada kios dan taman bermain serta tempat menyate ini sering dikunjungi warga sekitar dan kota-kota sebelah.
Masih banyak Streichelzoo lain yang tersebar di penjuru negerisosis ini … salut!
Mengapa gratisan?
Menurut saya, pemerintah setempat mengambil konsep back to nature, ingin mendekatkan alam pada anak-anak dan memberikan tempat bagi para pecinta binatang untuk bertugas sosial, secara suka rela merawat hewan dari waktu ke waktu dengan cinta.
Jika melihat mesin-mesin penjualan makanan hewan di beberapa sudut, semoga ada uang masuk untuk kebun binatang ini demi maintenance. Misalnya satu bungkus kecil berisi biji-bijian 100 gram itu dihargai 50 sen, sedangkan yang besar 250 gram dipatok pada kisaran 1 euro. Sementara kalau beli sendiri di toko, bisa dapat lebih banyak. Misalnya satu kg hanya 1,50 euro. Ah, ibu-ibuuu … selalu berhitung.
Larangan untuk memberi makan hewan secara sembarangan (dengan remah roti, buah atau sesuatu dari rumah) tertempel di kandang. Dikhawatikan hewan akan terjangkit penyakit bahkan bisa mati. Jadi, mau tidak mau, kalau bersikeras hendak memberi makan binatang di sana, ya harus beli. Tidak juga tidak apa-apa. Karena kebebasan pengunjung untuk masuk kandang dan mengelus hewan-hewan disana tetap ada.
Hewan-hewan yang berkeliaran (dipagari kayu) itu tak hanya kambing, ada poni, keledai, bebek, angsa, beragam burung (parkit, Merak, gereja dan sebagainya), ikan (di empang) kelinci dan ayam. Kawanan itu bisa jadi sering terlihat di daerah pedesaan Jerman, tetapi tentu saja tak mudah bagi warga kota untuk menemuinya. Untung ada Streichelzoo, kebun binatang (Zoo) gratis dan bisa mengelus (streicheln) binatangnya.
[caption id="attachment_209767" align="aligncenter" width="392" caption="Streichelzoo, tak hanya kambing ...."]
Usai lelah berkeliling menikmati tingkah laku dan dekat dengan mereka, biasanya anak-anak akan berhamburan bermain di tamannya yang besar. Disana dijumpai onggokan rumah-rumahan, jungkat-jungkit, kuda-kudaan, ayunan, prosotan, papan putar dan tiang gandul, sementara para orang tua yang menunggui bisa duduk manis diantara bangku kayu yang tersedia di sana-sini. Bahkan beberapa keluarga mengadakan piknik dengan membakar sate atau sosis di tungku yang tersedia.
Bahkan di sebuah pojok tersedia tempat merendam kolam air bersih untuk merendam kaki atau merasakan kesejukan air yang agak dingin (terapi kejutan air).
Empat buah toilet bagi pria dan wanita tersedia pula secara gratis. Biasanya, patokan sekali buang hajat di toilet umum beberapa kota Jerman dihargai 50 sen-1 euro. Jika datang sekeluarga, tinggal mengalikan saja ….
***
Sekembalinya dari Streichelzoo ini, selalu bayangan melayang ke tanah air. Sejak kecil, kampung tempat orang tua saya tinggal dahulu jalanannya sering dilewati kawanan bebek, angsa, burung-burung, ayam, ikan dan belut (diselokan, saat banjir). Tahun 2010 yang lalu, sudah tak lagi terlihat. Sawah, kebun dan ladang yang dahulu masih hijau sekarang semua ditumbuhi rumah, sekolah, ruko dan perusahaan. Lingkungan itu sudah tak lagi ramah bagi para hewan. Mereka merasakan perubahan alam yang drastis dan memilih pergi. Sedih …
[caption id="attachment_209768" align="aligncenter" width="575" caption="Hi, bebek ... jangan lari."]
Ingin melihat rusa yang dahulu jumlahnya ratusan bebas berkeliaran di istana Majapahit (taman bermain dan hiburan) di kampung belakang dekat jalan raya, sudah diangkut. Kelihatannya bangkrut, sepi pengunjung.
[caption id="attachment_209769" align="aligncenter" width="559" caption="Hey, rusa-rusa Semarang, apa kabar nasibmu kini?"]
Mau ke kebun binatang umum, jauh dan melewati kemacetan lalu lintas Semarang yang masyaallah tambah macet.
Untuk memelihara hewan-hewan sendiri di rumah pasti tidak semudah harapan. Bersyukur bahwa di Jerman, kami tinggal dekat hutan dan gunung, dimana alam masih terjaga. Meski tak bisa menjamah seperti di Streichelzoo, loncatan tupai di pohon Wallnus yang ada di kebun kami, beragam burung yang memasuki lima buah rumah burung yang ada di sekitar pagar kebun, trenggiling yang biasa bersembunyi diantara bunga Frühlingsrossen dekat kamar tidur kami, suara kambing, kuda dan sapi dari kandang beberapa tetangga masih bisa kami nikmati hampir setiap saat.
Yup. Konsep kebun binatang gratisan, Streichelzoo ala Jerman ini semoga bisa diadaptasi kota-kota kecil di tanah air, demi mendekatkan anak-anak dan keluarga pada alam flora dan fauna. Alangkah senangnya melihat bonbin kecil tapi terawat itu dijadikan area publik dan saya yakin akan banyak diminati para sukarelawan Indonesia untuk mendukung program kembali ke alam ini.
Kalau tidak lusa, mungkin lain hari … (G76)
Link WPC XIX: http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/08/25/weekly-photo-challenge-animal-and-pets-photography/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H