Tinggal 2 hari lagi usia era analog di negeri Jerman karena tepat pada tanggal 30 April 2012 semua radio dan televisi didasarkan pada satelit digital dan satelit analog resmi dimatikan. Herzlich willkommen, Digital! Semoga tercapai target Deutschland Digital 2015!
***
[caption id="attachment_184756" align="aligncenter" width="358" caption="Para tetangga titip sampah radio dan TV analog untuk diangkut petugas"][/caption]
Hari Kamis, 26 April 2012 petugas sampah bertruk besar mengangkut barang-barang Sparemül (red: sampah besar yang tidak bisa masuk dalam 5 tong sampah depan rumah kami) yang kami letakkan di depan pintu rumah. Dua gadis saya asyik melihat mereka beraksi. Kumpulan barang berupa kursi, rumah-rumahan plastik, meja plastik, printer, seng, sepeda, koper, radio dan TV yang tak bisa di-tuning ke digital itu adalah milik tiga keluarga di gang kami. Karena kami berlangganan kabel anschluss sejak dua tahun ini, TV kami aman tak perlu dibuang dan tetap menikmati masa digital ini dengan damai.
Ya, die Landesmedienanstalten bekerja sama dengan ARD, grup media RTL ProSieben,Sat.1, Media AG, VPRT dan ZDF telah menginformasikan kepada masyarakat soal penggunaan digital untuk gelombang radio dan televisi, jauh-jauh hari.
Die Landesmedienanstalten sendiri bak lembaga pemerintah Jerman yang membawahi radio, televisi dan telemedia (mungkin seperti halnya PRSSNI untuk grup radio swasta tanah air?)
Membandingkan dengan satelit, internet TV dan DVB-T, sebuah provider dari kabel TV telah menggembar-gemborkan sejak tahun lalu pada kami bahwa pada era digital mei 2012 nanti manfaat yang didapat dengan kabel TV lebih komplit. Misalnya adalah dengan teknologi yang aman dan pasti tanpa biaya, tanpa menunggu lama saat ganti channel, tak ada gangguan berarti saat cuaca buruk dan akan bisa mempertahankan analog TV, digital TV, HD, dua TV terkoneksi tanpa alat bantu dan VOD (video dan abrufservice alias pusat pelayanan servis dan informasi). Sedangkan tiga provider yang saya sebut di kalimat pertama paragraf ini, memiliki fasilitas yang tak selengkap itu.
Pengumuman juga sekitar perhatian kepada semua pengguna alat satelit analog bahwa mereka tidak bisa melihat televisi lagi. Jerman nambah sampah parabola kecil yang biasa menghiasi rumah beberapa tetangga … adu du du du duh!
Sebagai wanita apalagi sudah ibu-ibu, mumet rasanya … rumit untuk memahami bahwa secara teknis transmisi teknologi analog lebih sedikit dibanding transmisi teknologi digital (yang memancarkan lebih banyak kanal transmisi sekaligus dengan program berbeda). Pemahaman saya hanya pada kualitas suara dan gambar saja lebih bagus dengan digital, lain tidak …
Lalu ibu-ibu pada ketagihan Kindle (99 euro) alias buku digital, tablet kecil untuk baca buku yang ternyata makin menghujani Jerman. Booming from USA. Halahhh … mau ngalahin iPad lewat iBookstore-nyakah? I don’t have any idea.
Okey … semoga dengan adanya radio digital benar-benar meningkatkan kualitas suara. Sedangkan televisi digital selain memiliki kualitas gambar dan suara yang clear lantaran digital menggunakan format yang berbeda dengan analog, juga memberikan kenyamanan pada penonton di rumah, stasiun televisi, RPH dan pemerintah.
Masih ingat geger uji coba kanal digital 27 di Indonesia? Kemudian lagi .. dengar-dengar menkoinfo kita, bapak Tifatul Sembiring mengatakan tahun 2015 Indonesia broadband dan 2018 Indonesia Digital (yang berarti 3 tahun lebih lambat dari target Jerman) … sudah siapkah kira-kira 250 juta masyarakat Indonesia??? Duh, ngitungnya saja ngeri masyarakat kita masih banyak di bawah garis kemiskinan, sudah repot mikir besok makan apa … segera diajak mikir ganti TV dan radio digital?Aduh, biyungggg … kasihan bapak ibu, pasti tambah tak paham. OK, let’s see … saya tak yakin di tanah air akan terjadi kasus buang radio dan televisi sebanyak yang saya lihat di sekitar rumah saya (lantaran tak ada receiver digital) meski beberapa produsen peralatan digital Indonesia mulai membujuk konsumen (khususnya ibu-ibu seperti saya) agar tak ketinggalan era ini dengan kemegahan exhibition di sana-sini. Heidebimbam. (G76).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H