Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mari Biasakan Diri Membacakan Buku Untuk Anak Sebelum Tidur

3 Juli 2011   17:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:58 472
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sangat kagum terhadap kebanyakan teman-teman Jepang dan Eropa yang saya kenal dalam beberapa pertemuan internasional, mereka memilih mengunyah buku dalam perjalanan (bis, kereta dan angkota lain) ketimbang mengunyah permen karet dan meniupkannya, ngegosip atau bengong saat istirahat di taman atau ruangan lain. Tiada hari tanpa membaca. What a bookworm!

Ketika masih kecil, saya dikenalkan orang tua atas buku semacam ‘Azab dan Sengsara‘, tokoh-tokoh seperti Thomas Alva Edison atau mereka yang masuk dalam buku 100 tokoh, dan lain sebagainya. Tak ketinggalan pula buku dongeng cerita rakyat Indonesia seperti; Putri Tadampalik, Malin Kundang, Sangkuriang, Bawang merah-Bawang putih dan Klenting Kuning. Ternyata ini mencetak kepribadian, untuk terus maju dan melakukan yang terbaik dalam hidup.

Sayangnya kebiasaan orang tua membacakan buku atau dongeng sebelum tidur untuk anak, tidaklah menjadi bagian dari manisnya masa kanak-kanak saya (hiks). Hanya ada perintah tidur dari beliau, saya dan saudara-saudari langsung mapan (red: berbaring di tempat tidur sesuai kamar masing-masing). Sendika dawuh, Bapa (red: perintah saya laksanakan, bapak).

Untungnya pada awal pernikahan, suami saya bercerita bahwa kebiasaan orang tua membacakan buku atau cerita sebelum tidur adalah kebiasaan yang telah dikenalnya secara turun-temurun. Secara tak langsung ia menginginkan bahwa budaya ini diteruskan dalam keluarga kami. Mengkopi tradisi western ini lalu terjadi begitu saja hingga kini. Saya seperti kerbau dicocok hidung. Happy.

Tanpa saya suruh, kini anak-anak sudah menyiapkan buku yang mereka sukai untuk dibacakan sebelum tidur. Buku-buku yang merupakan hadiah ulang tahun, hibah dari tetangga dan sanak saudara, mereka kumpulkan dalam satu lemari; Famili Bibliotheke (red: perpustakaan pribadi di rumah).

Mereka amat tertarik untuk mendengarkan bacaan dari buku-buku itu yang tergolong unik. Desain dari penerbit di Jerman, misalnya, mereka mengemas sebuah buku anak-anak tak hanya dari segi kualitas bacaan tetapi juga kualitas desain (warna, bentuk dan ukuran). Buku? Serbu!

Misalnya saja sebuah buku cerita tentang Prinzessin (red: putri), akan dipadukan dengan sebuah puzzle bergambar di halaman sebelahnya. Setelah membacakan di halaman kiri, anak bisa bermain sebentar dengan otak, menyusun potongan gambar di halaman kanan menjadi utuh. Bingo!

13097158632125303086
13097158632125303086
13097156881311767143
13097156881311767143
1309715746370116141
1309715746370116141

Atau mereka memainkan buku dengan jendela yang bisa dibuka tutup atau digerak-gerakkan. Selain sebagai media baca, buku juga sebagai media bermain. Das ist eine gute Idee (red: sebuah ide yang cemerlang).

Tak lupa setelah membacakan buku, saya dihadiahi idak-idak (red: pijatan dengan kaki diatas punggung saya). Kemudian, sebagai entertainment dalam hitungan menit, kami menyanyikan lagu anak-anak dalam empat bahasa (Jerman, Inggris, Indonesia dan Jawa) yang ada dalam buku nyanyian anak atau lembaran lagu rangkuman kami.

Pada akhirnya, manfaat membaca buku sebelum tidur mendorong sebuah karakter anak yang bagus, akhlak yang kuat, daya pikir tajam, talenta berlebih dan tali kasih sayang antara orang tua dan anakpun terjalin erat. What else?

OK. Senyum saya mengembang saat anak-anak saya mengatakan betapa Malin Kundang itu jahat tak boleh ditiru, mengerti bahwa Alice in wonderland itu cerita kayal yang menginspirasi seorang anak untuk tak jera berkhayal sampai mati, atau menjadi anak yang kuat, tak pernah takut nan gagah berani layaknya Pippi Langstrumpf.

And now … Bagaimana dengan kebiasaan membacakan buku sebelum tidur di rumah Anda? Pasti lebih dahsyat!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun