Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Banyak Orang Jerman yang Mulai Berpuasa 40 Hari Menjelang Paskah

9 Maret 2014   09:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:07 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas Ukik di pulau Jawa membaca artikel saya tentang tradisi membuat bolang-baling dalam suasana Fastnacht, karnaval tahunan di Jerman. Kompasianer itu mengatakan, bukankah seharusnya menjauhi makanan sebelum paskah? Kok, malah bikin bolang-baling? Manis dan banyak pula.

Iya betul.Setahu saya, tradisi puasa alias mengurangi makan dan minum selama 40 hari sebelum puasa (tidak terhitung hari minggu, sampai Jumat Agung) dimulai orang Jerman pada Aschermittwoch, (Asche=abu, Mittwoch=hari rabu) 5 Maret 2014, yang jatuh dua hari setelah Rosenmontag (Rose=mawar, Montag=senin) 3 Maret 2014. Dan hari selasa, 4 Maret 2014 adalah hari terakhir masa karnaval, setelahnya dilarang ramai-ramai. Masa tenang. Anehnya, justru di negeri tetangga di Swiss (Thayngen dan sekitarnya)  yang hanya 1 jam dari rumah kami, merayakan karnaval 1 minggu lebih panjang dari Jerman. Di saat negeri sosis ramai, negeri keju gegap gempita.

Puasa. Dibandingkan dengan puasa yang saya jalani, yakni sebelum matahari terbit hingga matahari tenggelam, tidak boleh makan, minum dan kegiatan seksual ... puasa orang Jerman yang mayoritas Katolik Roma ini, berbeda. Unik.

Mereka biasanya hanya mengurangi porsi asupan makanan dan minuman. Misalnya yang tadinya satu piring besar, hanya satu piring mini. Yang biasanya minum bir banyak, dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Dan seterusnya. Intinya, mengencangkan ikat pinggang, ikhtiar.

Minggu ini saya bertanya kepada seorang lelaki pensiunan yang kami datangi rumahnya, apakah ia juga ikut berpuasa. Katanya hanya setiap Senin. Jadi setiap orang berbeda. Ada yang setiap hari (sampai paskah tiba) ada yang sesukanya, semampunya.

Ada beberapa warga seusia saya yang mempeng, alias rajin puasa pada minggu pertama lalu tidak lagi.

Sedangkan anak-anak dan remajanya, banyak yang tahu dan diberitahu tentang adat puasa ini, sayang belum begitu paham untuk menjalankannya. Atau ini tergantung dari didikan agama masing-masing keluarga, saya kira. Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Selamat malam. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun