Mas Ukik di pulau Jawa membaca artikel saya tentang tradisi membuat bolang-baling dalam suasana Fastnacht, karnaval tahunan di Jerman. Kompasianer itu mengatakan, bukankah seharusnya menjauhi makanan sebelum paskah? Kok, malah bikin bolang-baling? Manis dan banyak pula.
Iya betul.Setahu saya, tradisi puasa alias mengurangi makan dan minum selama 40 hari sebelum puasa (tidak terhitung hari minggu, sampai Jumat Agung) dimulai orang Jerman pada Aschermittwoch, (Asche=abu, Mittwoch=hari rabu) 5 Maret 2014, yang jatuh dua hari setelah Rosenmontag (Rose=mawar, Montag=senin) 3 Maret 2014. Dan hari selasa, 4 Maret 2014 adalah hari terakhir masa karnaval, setelahnya dilarang ramai-ramai. Masa tenang. Anehnya, justru di negeri tetangga di Swiss (Thayngen dan sekitarnya) yang hanya 1 jam dari rumah kami, merayakan karnaval 1 minggu lebih panjang dari Jerman. Di saat negeri sosis ramai, negeri keju gegap gempita.
Puasa. Dibandingkan dengan puasa yang saya jalani, yakni sebelum matahari terbit hingga matahari tenggelam, tidak boleh makan, minum dan kegiatan seksual ... puasa orang Jerman yang mayoritas Katolik Roma ini, berbeda. Unik.
Mereka biasanya hanya mengurangi porsi asupan makanan dan minuman. Misalnya yang tadinya satu piring besar, hanya satu piring mini. Yang biasanya minum bir banyak, dikurangi bahkan dihentikan sama sekali. Dan seterusnya. Intinya, mengencangkan ikat pinggang, ikhtiar.
Minggu ini saya bertanya kepada seorang lelaki pensiunan yang kami datangi rumahnya, apakah ia juga ikut berpuasa. Katanya hanya setiap Senin. Jadi setiap orang berbeda. Ada yang setiap hari (sampai paskah tiba) ada yang sesukanya, semampunya.
Ada beberapa warga seusia saya yang mempeng, alias rajin puasa pada minggu pertama lalu tidak lagi.
Sedangkan anak-anak dan remajanya, banyak yang tahu dan diberitahu tentang adat puasa ini, sayang belum begitu paham untuk menjalankannya. Atau ini tergantung dari didikan agama masing-masing keluarga, saya kira. Selamat berpuasa bagi yang menjalankan. Selamat malam. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H