Saya yakin, seperti anak sulung kami, anak wadon kami ini akan bosan, menulis tidak dengan latin lagi dan bukan dengan tinta suatu hari nanti. Jenuh. Sama halnya dengan pelajaran menulis halus yang saya lupakan karena tidak ditekuni. Tangannya capek. Meskipun masih ada orang di dunia ini yang masih bisa dan mau menulis dengan model latin. Apakah jumlahnya masih banyak? Saya tidak tahu.
Namun setidaknya, pelestarian penggunaan huruf latin dan dengan tinta ini masih jalan sampai hari ini di Jerman. Bukankah ini pertanda baik? Selamat menulis latin dengan tinta, Ndhuk.
Kapan terakhir kali Kompasianer menulis dengan tinta? Masihkah Kompasianer menggunakan huruf latin dalam keseharian atau sudah tergantikan oleh keyboard dan keypad? Selamat sore. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H