Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kartu Tanda Lulus Menulis Latin

24 Maret 2014   02:49 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13955788791838791206

[caption id="attachment_328055" align="alignnone" width="640" caption="kartu Tanda Lulus Menulis dengan Tinta (dok.Gana)"][/caption]

"Herzlichen Glückwunsch! Diese Siegel bestätig, dass du die Prüfung zum Füllerpass erfolgreich absolviert hast."

Begitu bunyi kartu yang ditunjukkan mbak Nen pada saya. Ia bangga sekali. Karena ternyata ada kawannya yang menangis karena tidak mendapat kartu,  tulisannya masih belum bagus, tidak terbaca dan harus mengulang.

Bocah umur 8 tahun kami itu memang baru saja mendapat kartu tanda lulus menulis latin dengan tinta dari guru wali kelas. Di sana, tertulis ucapan selamat bahwa anak kami itu sudah menjalani ujian menulis latin dengan tinta dengan baik. Stempel di sebelah kanan dengan gambar pulpen, bertuliskan "Füllerpass, bestanden." Yang artinya;  Kartu tanda menulis dengan pulpen, lulus.

Keterangan tanggal berapa ia lulus dan tanda tangan guru wali kelas dua dibubuhkan di situ. Di balik kartu, ada foto anak yang dilengkapi dengan nama, tanggal lahir dan tanda tangan pemegang kartu.

Kartu ini pastinya menjadi sebuah prasasti bagi anak kami yang sudah sejak awal pelajaran di kelas 2, dididik menulis latin bukan gedrek (alphabet yang tidak disambung, seperti dari mesin ketik itu, lho) dengan menggunakan pensil HB. Lambat laun, dengan Füller. Pulpen dengan menggunakan tinta ini, pernah saya kenal jaman kanak-kanak. Sering digunakan ibu dan bapak saya untuk menulis. Sistemnya yang sedotan pada sebotol tinta. Sedangkan dalam film-film kuno, menggunakan bulu binatang (ayam, bebek, burung). Unik, ya? Sayangnya waktu saya kecil, memang tidak diharuskan dengan pulpen tinta ini, hanya bolpen biasa, dan tentu pensil. Tidak sempat belajar.

Menurut pengamatan saya dari balik kartu pos Jerman koleksi sampai 2014. jika ada yang ditulis dengan huruf latin, bentuknya agak beda. Bukan saja dari ejaan, bentuknya ... Mlungker-mlungkernya itu, lho. Sampai saya tidak bisa membacanya. Tulisan kok, kayak kembang. Hanya bisa membaca bentuk terkini tahun 2014. Sederhana tapi terbaca.

***

Saya pernah terkesima sekali ketika kawan-kawan dari China dan Jepang seusia saya waktu remaja, mampu menggunakan tinta khusus, bahkan dengan huruf khusus pula! Saya jadi ingat. Oh, saya pernah belajar huruf Arab dan hanacaraka Jawa waktu di sekolah formal di tanah air.  Boleh dibilang terancam punah dalam kehidupan saya karena jarang dipakai. Saya masih bisa membaca huruf-huruf khusus dan menuliskannya, tapi dalam kategori; terbata-bata .... Sayang sungguh sayang.

Saya memang tidak belajar hiragana, katakana dan kanji seperti kawan-kawan Indonesia lainnya yang saya kenal. Lha wong, hanacaraka sama arab saya saja masih ndal-ndul. Belum lancar. Harusnya dilatih. Apalagi kursus menulis huruf Jepang dan China, sulit dan muahallll.

Baiklah, setidaknya kartu tanda menulis dengan pulpen tinta di Jerman ini mengingatkan saya bahwa negeri sosis ini pun juga ingin generasinya mengenal budaya menulis dengan tinta. Mendidiknya dari masa ke masa. Walaupun jaman modern, modelnya digital semua, tak perlu tulis tangan sudah ada keyboard, keypad atau bahkan tinggal pencet icon microphone sudah muncul kalimat tertulis yang diucapkan tadi. Tetap saja cara menulis latin dengan tinta tak tergerus oleh jaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun