Seperti biasa, usai pekerjaan rumah tangga selesai, saya cek komputer lagi. Face book! Saya baca wall saya, ada sebuah berita dari Speranza Studio, yang salah satu pemiliknya adalah mbak Jetty Maika (balerina yang juga memiliki anak, seorang balerina dan baru saja pentas di New York Mei ini). Di sana tertulis status:
Speranza Sance Studio turut berdukacita atas meninggalnya tokoh ballet Indonesia: Farida Oetoyo... Semoga keluarga dan keluarga besar sekolah ballet Sumber Cipta diberi kekuatan.
Mendengar nama beliau, saya kaget. Saya memang hanya mendengar sepak terjang beliau di jagad balet dari media massa dan dari mbak Jetty Maika, seorang kenalan lewat FB (yang baik orangnya). Saya pernah ingin sekali mendapat kata pengantar almarhumah untuk sebuah buku. Waktu saya hubungi di kantor sekolah balet Sumber Cipta Jakarta, sekretarisnya memberitahu bahwa beliau sedang berlibur ke Bali. Tidak kesampaian maksud hati saya. Bulan berganti bulan. Dan pada hari Minggu, 18 Mei 2014 dini hari, beliau dikabarkan telah meninggal dunia karena sakit.
Maestro balet Indonesia kelahiran Solo berdarah Belanda itu menyusul maestro balet tante Nani yang mendirikan Namarina (yang mampu bertahan sampai 50 tahun menyebarkan seni balet).
Talenta balet almarhumah ibunda Wong Aksan ini, benar terasah baik di dalam maupun luar negeri. Rusia adalah negara tempat almarhumah pernah menempa bakatnya ini. Di Jerman, kebanyakan studio balet adalah milik orang Rusia. Selain disiplin, dingin, tegas, kaku, orang Rusia memang terkenal sebagai nomor wahid dalam babagan menelorkan balerina handal atau nomor-nomor balet bahkan konser balet hebat. Sedih, saya tak sempat ikut mengabadikan apa pikiran beliau tentang balet dalam prakata sebuah buku mbak Jetty, berwujud tulisan. Warisan yang seharusnya abadi untuk semua. Terukir dalam kata yang bisa dieja dan atau lembaran kertas yang mudah terbaca.
***
Tante Fari atau Ms Fari, begitu mbak Jetty memanggil almarhumah dahulu, pastilah bangga melihat perkembangan balet di Indonesia. Salah satunya dengan penampilan anak mbak Jetty Maika, Vaya di luar negeri, dan balerina Indonesia lain yang tak bisa disebut satu per satu. Balet yang dikatakan sebagai seni usungan negeri manca ini masih dikatakan mahal dan kurang peminatnya, dibandingkan di Jerman misalnya. Banyak anak kecil antusias dan orang tuanya yang gigih mengirimkan anaknya belajar balet. Dari yang coba-coba sampai yang sungguh-sungguh sekalipun. Bukan hanya untuk orang kaya saja.
Farida Oetoyo juga bukan balerina biasa, beliau memiliki bakat main film yang bagus. Seperti yang pernah diceritakan mbak Ncul (salah satu nara sumber dalam buku saya “38 WIB“, mantan sekretaris sineas almarhum Sjumanjaya) kepada saya. Waktu beliau main, saya memang belum lahir. Tapi saya yakin, kekuatan aktingnya tak diragukan. Banyak nilai yang bisa diterapkan dari balet ke film dengan mudahnya. Soal mimik, ekspresi misalnya.
Saya taksir, didikan almarhumah melalui studio balet miliknya adalah bukti sharing beliau, yang bisa diteruskan generasi muda balerina-balerina Indonesia di masa depan.
[caption id="attachment_336806" align="aligncenter" width="507" caption="Ms Fari pasti bangga balerina Indonesia, Vaya pentas di NYC 16-18 Mei (dok.Jetty)"][/caption]
***
Kelahiran dan kematian adalah dua hal alami dalam kehidupan manusia, yang akan selalu terjadi. Now or later.
Innalillahi wa innalillahi roji’un. Turut berduka atas meninggalnya ibu Farida Oetoyo pada usia 74 tahun. Semoga arwahnya tenang di sisi-Nya dan amal baiknya mendapat pahala yang setimpal. Sedangkan keluarga yang ditinggalkan tetap tabah dan kuat menjalani hidup yang masihlah sangat panjang. Berharap, dunia balet Indonesia tetap berkibar dan mampu melahirkan maestro seperti Farida Oetoyo. Selamat sore. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H