Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Ketularan Orang Jerman; Berani Minum Air Ledeng Mentah

13 November 2014   09:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:55 1077
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1415818511319861728

Dulu, pada awal kedatangan ke Jerman, saya kaget waktu seorang pelayan restoran mengambil air untuk kami, dari kran! Iya, kran air dari tempat mencuci wajan atau panci (wastafel) itu, lho. Dijelaskan, permintaan air tanpa gas (Wasser ohne Kohlensäure) memang biasa diambilkan dari Wasser Hahn. Ihhh ... kok dari ledeng siiiihhh ... karena tak biasa, tak jadi minum. Gaya sekali saya ....

Dari tanya sana-sini dan menyaksikan sendiri, saya jadi tahu bahwa kebanyakan orang Jerman yang saya kenal, mereka ini berani minum air ledeng mentah. Mulai dari tetangga, kenalan, saudara, teman ... mereka bilang mau dan biasa minum air putih. Dari keran saja!

Bahkan sering saya melihat orang-orang mengusung jerigen-jerigen besar yang diangkut dengan mobil pribadi. Itu dari air pancuran dekat Streichelszoo  (bonbin gratisan) Kappel, Schwenningen. Ironinya, ada tulisan “kein trinkwasser“ (bukan untuk diminum). Hoho. Berani sekali, bukan?

Di beberapa daerah ada sebuah kolam dengan pancuran serupa. Tulisannya tetap sama “kein trinkwasser.“ Sepertinya tidak dikonsumsi hanya untuk menyiram bunga rumah yang berdekatan dengan pancuran, barangkali karena terletak di dekat jalan raya yang banyak polusi, tak layak minum.

[caption id="attachment_374852" align="aligncenter" width="359" caption="Air ledeng layak minum"][/caption]

***

Saya? Saya tak mau minum air ledeng Jerman mentah-mentah? Itu duluuuu. Sekarang, sudah biasa minum air putih dari air kran seluruh Jerman tuh. Yang masih mentah, lho, bukan digodhog.

Alhamdulillah, belum pernah ada gejala yang mengkhawatirkan seperti sakit perut, gatal-gatal atau penyakit lainnya. Seajaib itu kah? Semoga tetap sehat.

Apalagi menurut Jochen Flasbarth, presiden departemen lingkungan hidup, beliau mengatakan bahwa “Trinkwasser in Deutschland kann man ohne Bedenken zu sich nehmen“. Jadi, tak perlu ragu lah untuk meminum air putih dari ledeng di seluruh Jerman.

Air Jerman dikatakan menduduki posisi 57 dari 122 negara oleh UNESCO, yang berarti memiliki kualitas air ledeng yang bagus (data statistik 2003). Bahkan mendahului negeri tempat ngenger kompasianer mas Joko P di Belgia.

Kemudian, pada bulan Desember 2013, ada sebuah penelitian yang menemukan adanya kandungan timbal maksimal 0,010 mg per liter. Ini biasa ditemukan di bangunan rumah yang dibangun sebelum tahun 1970. Air bisa saja bersih tapi tercemari bahan pipa yang tidak tepat.

***

Saya tidak tahu, apa itu sebabnya banyak orang Indonesia yang saya kenal (entah tinggal di Jerman atau sekedar singgah), mereka ini berani juga minum air ledeng Jerman. Bukankah orang Indonesia amat sangat jarang meminum air ledeng mentah? Kecuali dari air pegunungan atau sumber mata air yang bersih lainnya? Orang Indonesia memang sudah biasa beli air minum mineral dari supermarket atau yang isi ulang dari agen ini-itu. Bukan dari ledeng atau PAM langsung.

Misalnya mbak A, yang pernah tinggal di daerah Frankfurt, tempat adiknya. Di kota besar inilah, ia berani minum air ledeng mentah. “Selain hemat, airnya enak, kok“ Ujarnya. Apalagi waktu menginap di rumah kami yang daerah pegunungan, tambah berani.

Seorang wanita Indonesia beranak dua yang sudah 20 tahun tinggal di Jerman juga mengaku membiasakan anak-anaknya minum air ledeng mentah, bukan Sprudel (air putih bergas dari swalayan).

Wanita Indonesia lain yang sudah 30 tahun di Jerman juga mengaku bahwa ia konsumsi air ledeng Jerman dengan teko berfilter. Air itu digunakan untuk minum dan memasak.

Begitu pula sebuah keluarga dari Indonesia yang baru-baru ini boyongan ke Jerman. Mereka langsung percaya kebersihan dan kesehatan air ledeng Jerman. Meminumnya setiap hari, langsung dari ledeng ke gelas-gelas. Padahal biasa di Indonesia selalu beli, beli dan beli air minum mineral swalayan. Yang galon itu lhoo, pakai dispenser.

***

Lalu, mengapa banyak orang Jerman yang masih membeli air mineral bergas dari supermarket kalau air ledengnya bagus layak konsumsi? Kata orang yang saya tanyai, meminum air yang bergas, akan menghindarkan diri dari haus. Apa iya? Kalau saya, haus ya ... haus saja.

Ya, air ledeng Jerman itu langsung saya konsumsi. Sekarang, saya menggunakan sebuah teko plastik yang ada saringannya. Biar kapurnya agak reda, disaring. Harga dan ukurannya macam-macam. Ada yang kecil dibandrol 20€, yang agak besar 50€. Saringannya (Filter) biasanya harus diganti setelah termos menunjukkan tanda tertentu (100%, 80%, 60%, 40%, 20% ...). Harganya dari 5-20€. Saya percaya promosi teko berfilter ini, mengurangi kapur.

Cara ini juga banyak dilakukan orang-orang di Jerman entah lokal atau pendatang.

Ada beberapa tips yang disarankan bagi pengguna teko berfilter ini:

1.Filter atau saringan diganti setiap penggunaan 4-6 minggu (1-1,5 bulan).

2.Sering dibersihkan/dicuci.

3.Sediakan air dari teko ini saat masih fresh.

4.Jika filter tidak digunakan dalam beberapa hari, airnya jangan dikonsumsi melainkan untuk menyiram bunga, misalnya.

Menyaring air biar kalknya berkurang? Oh. Di lain sisi seorang ahli gizi, Sabine Hülsmann mengatakan bahwa sebenarnya kapur itu tidak terlalu mengganggu kesehatan. Bahkan sebaliknya, tubuh manusia memerlukan kalsium dan magnesium dari air yang diminum. Jumlah mineral pada air berkapur, kurang, namun cukup mendukung.

"Für den Körper ist Kalk überhaupt nicht gesundheitsschädlich. Ganz im Gegenteil. Der Körper kann die Mineralien im Wasser, wie Kalzium und Magnesium, verwerten. Die Menge der Mineralien in kalkhaltigem Wasser reicht aber nicht aus, um den Bedarf zu decken. Aber „hartes“ Wasser kann auf jeden Fall die Bedarfsdeckung unterstützen."

***

Nah, bagaimana? Sudah berani minum air ledeng mentah di rumah kompasianer? Atau sudahkah menyaring air ledeng dengan kain kassa, kain mori atau bahkan kaos kaki bersih biar tambah jernih?

Semoga ke depan, Indonesia memiliki air bersih yang bisa langsung dikonsumsi tanpa efek samping yang mengkhawatirkan, seperti di Jerman. Ayo, PAM Indonesia, maju terus. Pengalaman saya dulu, duluuuuuuu sekali; airnya menyengat bau kaporit dan sering oglangan. Bahkan kalau bocor pipanya dan tak diperbaiki, alamat rekeningnya jebol, muahaaal sekali. Lalu diputus. Saya berharap sekarang sudah berubah, lebih bagus. Betul? Selamat malam (G76).

Sumber:

1. Air ledeng Jerman layak minum

2. Air ledeng dan kesehatan

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun