Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Anak Ditolak Masuk TK, Ibu Dapat Uang 33 Juta

4 Februari 2015   06:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:51 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422981859910947431

Mandy Rost (36) barangkali jadi wanita Jerman pertama yang berhasil menang dalam mengadukan KITA (Kindergarten und Tagesbetreuung) yang tidak menerima anaknya. Kali ini yang kena sial adalah KITA Goyastrasse di Leipzig. Taman kanak-kanakyang dekat dengan apartemen Mandy ini, harus membayar denda 2200 € atau sekitar Rp.33.000.000,00.

Alasan Mandy menyeret pihak KITA ke pengadilan adalah ia ingin agar anaknya (waktu itu November 2013, berusia 2 tahun) diterima sehingga ia bisa kembali bekerja. Namun pihak KITA yang dihubungi (KITA Goyastrasse) dan baru saja dibuka Maret 2014 itu langsung menolak permintaan Mandy. Seratusenampuluhlima kursi sudah penuh! Mandy geram. Padahal menurutnya, memilih KITA mana itu adalah hak dan permohonan setiap orang tua yang dilindungi undang-undang wilayah Sachsen. Tak heran kalau ia menuntut haknya sampai titik darah penghabisan. Tidak mudah dan berbelit pastinya.

Oh, ya. Di Jerman dikenal adanya istilah Tagesmutter (ibu pinjaman yang mengurusi anak orang lain yang dititipkan setiap hari sampai orang tua tiba di rumah dari bekerja). Ini sudah dicoba Mandy tapi tidak berfungsi dengan baik. Untungnya, ia mendapat bantuan dari teman dan kenalan dalam mengurus si putri yang masih balita. Mandy adalah orang tua tunggal, single parent. Perempuan berambut coklat ini juga pemilik web site “JUNIKO“, internetportal khusus bagi pencarian/penempatan anak diTaman Kanak-Kanak. Jadi sebenarnya, dari dulu, ia sudah tahu betul bahwa masalah ortu dan anak ditolak KITA itu biasa dan jamak. Wilayah tempat tinggalnya memang kekurangan kursi di KITA, jumlahnya kira-kira 3000!

[caption id="attachment_394774" align="aligncenter" width="368" caption="Masa bermain ... masa yang paling indah."][/caption]

***

KITA di dekat rumah kami, juga menerima anak balita yang baru 1,5 tahun sampai 6 tahun. Pembagian kelasnya berbeda. Yang standar TK, dahulu 2,5-6 tahun. Sekarang berubah menjadi 3-6 tahun baru boleh masuk TK demi memberikan kesempatan ibu dan anak berkumpul lebih lama atau anak sudah cukup untuk disapih dari induknya. Kalau kurang dari umur tersebut, dimasukkan ke Tagesbetreeung. Beanya tentu mahal. Misalnya saja dengan tarif 200 € dari pukul 07.00- 16.00, 150€ untuk kelas pukul 07.00-12.00 dan seterusnya. Bandingkan dengan kelas standar (3-6) tahun yang hanya 60€ (dan bea berkurang bagi saudara kandung yang juga masuk di TK yang sama).

Alasan ibu-ibu memasukkan anak balita di bawah umur 3 tahun beragam. Ada yang karena bekerja paruh waktu/full time, ada yang sudah punya anak bayi lagi atau hamil dan ada yang ingin supaya anaknya sosialisasi dengan balita lain.

Menurut saya ini hak masing-masing orang tua; apakah anak balita dititipkan di KITA atau dirawat sendiri di rumah sampai waktunya (umur 3 tahun atau lebih). Di Jerman kan wajib belajar (gratis) juga dimulai sejak SD. TK tidak wajib. Kewajiban masuk sekolah baru pada umur 6 tahun, SD. TK hanya masa bermain, penyesuaian dan sosialisasi biar tidak kaget belajar serius nantinya.

Begitu berada di Jerman, keputusan saya untuk tidak bekerja, hanya di rumah saja sampai anak berumur 3 tahun baru dikirim ke sekolah, benar-benar saya nikmati. Saya merawat mereka sendiri dan melihat perkembangannya yang mengagumkan. Takjub, ternyata saya bisa! Masa post power syndrom juga pernah saya alami waktu itu. It wasn’t that easy. Beruntung sekali bahwa sekarang saya sudah bisa adaptasi dan mencari kesibukan. Enjoy, life is so short.

Sedangkan keputusan Mandy untuk ngotot menitipkan anaknya yang baru berumur 2 tahun dan memilih karir, juga bisa saya mengerti. Barangkali karena alasan ekonomi yang harus jadi bebannya, sendirian.

Saya yakin tetap ada hikmah dan inspirasi dari pengaduan Mandy ke pengadilan. Ini bukan semata-mata kegembiraan lantaran terima uang denda dari KITA Goyastrasse sebesar 2200€ bukan? Tetapi juga bagaimana seseorang mengatur hidup penuh kemandirian agar semuanya terkendali.

Selamat malam. (G76)

Sumber:

Seorang ibu tuntut TK dan menang!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun