Mohon tunggu...
Gagan
Gagan Mohon Tunggu... -

Orang gila yang tak lupa kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pelukis Rindu yang Bodoh

24 Maret 2017   18:00 Diperbarui: 25 Maret 2017   09:00 1145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="sumber gambar : https://jeremiasjena.files.wordpress.com/2015/12/passion-of-love-by-mandell-maull.jpg"][/caption]

Pernah kupinjam biru pada langit untuk melukis rindu. Kuhantarkan semua pada setiap detak waktu yang kupunya.

Zaman pernah ingatkan itu hanya kesia-siaan. Aku hanya senyum basa-basi hormat.
Kelompok kenangan pun terbelah dua. Satu pihak mencemooh dan menyebut itu kebodohan. Satu lagi setia menguatkan aku jalani rasa rindu.

Mereka yang terus menghina terlihat seperti kumpulan wajah tolol. Mereka tak mengerti rindu, tapi berbicara seolah pencipta rindu.

Kulihat wujud mereka tak lebih kaum munafik yang lantang tak kenal rindu namun diam-diam menikmati rindu. Mereka gerombolan penakut, yang selalu bersembunyi menangis ketika malam didera rindu. 

Kesetiaan sering berbisik, jangan pernah perduli. Mereka bukan pemilik rindu. Dan bukan pula penakluk waktu ketika aku merindu.

Sampai kini aku masih melukis rindu. Tapi tak pernah kudapatkan rupa pasti tentang rindu.

______

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun