Mohon tunggu...
Gagan
Gagan Mohon Tunggu... -

Orang gila yang tak lupa kewarasan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belati di Balik Punggung Senyuman

13 Januari 2017   09:55 Diperbarui: 13 Januari 2017   10:30 1815
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="sumber gambar ; http://cdn2.tstatic.net/manado/foto/bank/images/pisau-sajam-senjata-tajam-belati-ilustrasi-0123456789.jpg"][/caption]

Aku melihat banyak orang berlalu-lalang. Pakaian mereka bersih. Tubuh mereka harum. Rambut rapi tersisir. Di tubuh mereka ada asesoris penanda kekinian.

Kala berpapasan, otot-otot wajah mereka bergerak serempak seperti pasukan komando dapat perintah.

Saat saling bertatap itu di wajah mereka tersungging senyuman. Kuperhatikan senyum itu terbentuk karena ada tali penarik di ujung bibir yang terkait ke telinga.

Mungkinkah senyum itu merekah setelah diperintah telinga? Lalu, apa tugas mata mereka?

Kembali kuperhatikan mata mereka saat saling tersenyum. Selalu sepersekian detik gerak bola mata mereka mengarah ke tangan orang yang ditatapnya. Tangan itu tersembunyi di balik punggung.

Ditangan setiap orang tergenggam belati tajam siap menghunus.

____

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun